dc.description.abstract | Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) merupakan salah satu kategori serangga berguna, karena selain berguna sebagai agen pengendali hayati pada bidang pertanian, semut rangrang juga mampu menghasilkan larva dan pupa yang biasa disebut dengan kroto. Kroto di Indonesia memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena telah lama diketahui memiliki kandungan yang baik sebagai pakan burung pekicau. Harga kroto semut rangrang bisa mencapai Rp. 70.000,- hingga Rp. 100.000,- per kilogram. Oleh sebab itu untuk dapat memasok kebutuhan kroto bagi konsumen, maka dilakukan proses budidaya kroto modern. Sebagai hewan yang diternakkan tentunya semut rangrang tidak dapat mencari makanan dengan sendirinya, perlu adanya peranan peternak untuk dapat memberikan asupan nutrisi yang sesuai bagi semut rangrang baik nutrisi padat (pakan) maupun nutrisi cair (minuman). Semut rangrang membutuhkan asupan protein tinggi dan juga glukosa sebagai sumber energi. Oleh sebab itu dilakukan penelitian tentang nutrisi dan waktu panen manakah yang paling optimal untuk mendukung produksi kroto sehingga mampu menghasilkan profit yang maksimal.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang menggunakan 2 taraf kombinasi yaitu nutrisi cair dan interval waktu panen. Nutrisi cair yang digunakan adalah larutan gula, larutan gula + PF-VIT, larutan madu dan larutan sirup. Interval waktu panen yaitu 9 hari, 12 hari dan 15 hari. sehingga didapat 12 kombinasi perlakuan dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Proses pemanenan dilakukan sebanyak 4 kali dari setiap interval waktu panen kroto.
Hasil pengamatan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap kombinasi antara perlakuan nutrisi cair dengan interval waktu panen. Untuk kroto dengan kualitas baik terbanyak terdapat pada perlakuan interval panen 9 hari, hal ini dikarenakan kualitas kroto lebih dipengaruhi oleh faktor fase perubahan dari telur hingga imago. Dengan proses pemanenan 9 hari, kroto masih berupa larva sehingga memiliki umur yang lebih lama untuk menjadi semut sehingga akan lebih menguntungkan. Untuk produksi tertinggi terdapat pada perlakuan larutan gula, karena gula pasir mengandung sukrosa yang lebih disukai oleh semut sehingga dapat memicu produksi lebih optimal. | en_US |