Show simple item record

dc.contributor.authorWawat Uswatun Hasanah
dc.date.accessioned2013-12-09T09:35:43Z
dc.date.available2013-12-09T09:35:43Z
dc.date.issued2013-12-09
dc.identifier.nimNIM042210101039
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6940
dc.description.abstractMasalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar bagi bangsa. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 1995 menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002/2003 penurunan AKI tersebut lambat yaitu menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 AKI menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara pada tahun 2015 ditargetkan sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, sementara pada tahun 2015 ditargetkan 23 per 1000 kelahiran hidup. Di Kabupaten Jember sendiri pada tahun 2010 AKI mencapai 52 kasus dan AKB mencapai 360 kasus, angka ini menempati posisi tertinggi di Jawa Timur. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah Indonesia pada tahun 2004 telah berupaya untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Pada tahun 2005 namanya berubah menjadi Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN), dan pada tahun 2008 dirubah lai menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Dalam rangka menurunkan AKI dan AKB, PADA TAHUN 2011 pemerintah meluncurkan suatu terobosan baru yang merupakan bagian dari JAMKESMAS yaitu Jaminan Persalinan (JAMPERSAL). Kebijakan dari Departemen Kesehatan bahwa pola pembiayaan kesehatan peserta JAMKESMAS di rumah sakit menggunakan sistem Indonesian Case Based Groups (INA-DRG), yang pada tahun 2010 namanya berubah menjadi Indonesia Case Based Grup’s (INA-CBG’s). Konsep Indonesia Case Based Grup’s (INA-CBG’s) secara umum bertujuan untuk efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan. Dengan paket ini diharapkan akan mampu menekan tingginya biaya kesehatan, dimana salah satu pelayanan keehatan dengan biaya yang tinggi di suatu rumah sakit adalah biaya tindakan bersalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan biaya dan mutu pelayanan tindakan bersalin terhadap tarif INA-CBG’s pada program JAMPERSAL di RSD dr. Soebandi Jember periode Januari-Juni 2011. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien JAMPERSAL yang mendapat pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember periode Januari sampai Juni 2011 yang berjumlah 217 pasien yang diambil dengan metode Proportional Stratified Random Sampling. Jenis data yang dianalisis adalah data sekunder berupa rincian biaya rawat inap pasien. Analisis data dalam penelitian ini untuk menghasilkan gambaran distribusi nilai rupiah dari biaya pelayanan bersali kemudian dilakukan tabulasi silang antara dua variabel yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya tindakan bersalin yang dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember lebih besar 50,43% atau Rp.1.103.486 dari tarif INACBG’s. Tarif RS yang lebih besar dari tarif INA-CBG’s terdapat pada pelayanan persalinan perabdominan, yaitu tindakan persalinan Sectio Caesaria (SC) dan Kista. Tarif pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember dengan tindakan SC dan Kista cenderung menunjukan selisih biaya yang paling besar antara tarif INA-CBG’s dan tarif RS, yaitu tarif RS tindakan SC dan Kista sebesar Rp. 7.021.600 dan tarif INACBG’s sebesar yaitu Rp. 2.495.615, hal ini berarti antara tarif RS dan tarif INACBG’s memiliki selisih Rp. 4.525.985. Tindakan SC dan Kista memiliki % Standar Deviasi (%SD) sebesar 7,64% atau sebesar ±Rp. 536.654, ini artinya batas penyimpangan terbesar dan terkecil adalah sebesar Rp. 536.654 atau 7,64% dari biaya rata-rata tindakan persalinan SC dan Kista. Sedangkan total biaya pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember yang lebih rendah dari rata-rata adalah pada persalinan spontan brach, pada tindakan persalinan brach tarif RS lebih rendah dari tarif INA-CBG’s. Yaitu terdapat selisih Rp.38.717 atau 3,39%, tarif RS sebesar Rp.1.103.692 dan tarif INA-CBG’s sebesar Rp.1.142.408. Jumlah seluruh pasien JAMPERSAL sebanyak 4309, ibu meninggal pada program JAMPERSAL pada tahun 2011 sebanyak 13 pasien. Ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah Pendaraan, Pre-eklamsia dan Sepsis. Jumlah bayi meninggal adalah sebanyak 182 pasien. Sedangkan untuk pasien Non JAMPERSAL jumlah AKI sebanyak 18 pasien dari seluruh pasien Non JAMPERSAL yaitu 7970 pasien dan AKB sebesar 507 pasien. Kesimpulan dari penelitian ini adalah biaya tindakan bersalin yang dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember lebih besar 50,43% atau Rp.1.103.486 dari tarif INACBG’s. Hal ini disebabkan karena tarif RS didasarkan pada kebutuhan rill dari pasien, sedangkan tarif INA-CBG’s disusun berdasarkan tarif minimal yang ditentukan oleh pemerintah. Disarankan meninjau kembali clinical pathway yang sesuai dengan INA-CBG’s yang bisa menjadi acuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan khususnya terhadap pasien JAMPERSAL. Ditinjau dari Standart pelayanan Minimal yaitu dengan melihat AKI dan AKB, memberikan gambaran bahwa dengan diterapkannya sistem INA-CBG’s di RSD dr. Soebandi Jember t idak mengurangi mutu layanan yang diberikan kepada pasien.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries042210101039;
dc.subjectPERBANDINGAN BIAYA, PELAYANAN BERSALINen_US
dc.titlePERBANDINGAN BIAYA DAN MUTU PELAYANAN BERSALIN TERHADAP TARIF INA-CBG’s PADA PROGRAM JAMPERSAL DI RSD dr. SOEBANDI JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record