PERBANDINGAN BIAYA DAN MUTU PELAYANAN BERSALIN TERHADAP TARIF INA-CBG’s PADA PROGRAM JAMPERSAL DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Abstract
Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar
bagi bangsa. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994
menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup, pada
tahun 1995 menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002/2003
penurunan AKI tersebut lambat yaitu menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup, pada
tahun 2007 AKI menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara pada tahun
2015 ditargetkan sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi
(AKB) pada tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, sementara pada tahun
2015 ditargetkan 23 per 1000 kelahiran hidup. Di Kabupaten Jember sendiri pada
tahun 2010 AKI mencapai 52 kasus dan AKB mencapai 360 kasus, angka ini
menempati posisi tertinggi di Jawa Timur.
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah Indonesia
pada tahun 2004 telah berupaya untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut
melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Miskin. Pada tahun 2005 namanya berubah menjadi Asuransi Kesehatan
Masyarakat Miskin (ASKESKIN), dan pada tahun 2008 dirubah lai menjadi Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Dalam rangka menurunkan AKI dan AKB,
PADA TAHUN 2011 pemerintah meluncurkan suatu terobosan baru yang
merupakan bagian dari JAMKESMAS yaitu Jaminan Persalinan (JAMPERSAL).
Kebijakan dari Departemen Kesehatan bahwa pola pembiayaan kesehatan
peserta JAMKESMAS di rumah sakit menggunakan sistem Indonesian Case Based
Groups (INA-DRG), yang pada tahun 2010 namanya berubah menjadi Indonesia
Case Based Grup’s (INA-CBG’s).
Konsep Indonesia Case Based Grup’s (INA-CBG’s) secara umum bertujuan
untuk efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan. Dengan paket ini diharapkan akan
mampu menekan tingginya biaya kesehatan, dimana salah satu pelayanan keehatan
dengan biaya yang tinggi di suatu rumah sakit adalah biaya tindakan bersalin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan biaya dan mutu pelayanan
tindakan bersalin terhadap tarif INA-CBG’s pada program JAMPERSAL di RSD dr.
Soebandi Jember periode Januari-Juni 2011.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien JAMPERSAL yang mendapat
pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember periode Januari sampai Juni 2011
yang berjumlah 217 pasien yang diambil dengan metode Proportional Stratified
Random Sampling. Jenis data yang dianalisis adalah data sekunder berupa rincian
biaya rawat inap pasien. Analisis data dalam penelitian ini untuk menghasilkan
gambaran distribusi nilai rupiah dari biaya pelayanan bersali kemudian dilakukan
tabulasi silang antara dua variabel yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya tindakan bersalin yang dilakukan di
RSD dr. Soebandi Jember lebih besar 50,43% atau Rp.1.103.486 dari tarif INACBG’s.
Tarif RS yang lebih besar dari tarif INA-CBG’s terdapat pada pelayanan
persalinan perabdominan, yaitu tindakan persalinan Sectio Caesaria (SC) dan Kista.
Tarif pelayanan bersalin di RSD dr. Soebandi Jember dengan tindakan SC dan Kista
cenderung menunjukan selisih biaya yang paling besar antara tarif INA-CBG’s dan
tarif RS, yaitu tarif RS tindakan SC dan Kista sebesar Rp. 7.021.600 dan tarif INACBG’s
sebesar yaitu Rp. 2.495.615, hal ini berarti antara tarif RS dan tarif INACBG’s
memiliki selisih Rp. 4.525.985. Tindakan SC dan Kista memiliki % Standar
Deviasi (%SD) sebesar 7,64% atau sebesar ±Rp. 536.654, ini artinya batas
penyimpangan terbesar dan terkecil adalah sebesar Rp. 536.654 atau 7,64% dari
biaya rata-rata tindakan persalinan SC dan Kista. Sedangkan total biaya pelayanan
bersalin di RSD dr. Soebandi Jember yang lebih rendah dari rata-rata adalah pada
persalinan spontan brach, pada tindakan persalinan brach tarif RS lebih rendah dari
tarif INA-CBG’s. Yaitu terdapat selisih Rp.38.717 atau 3,39%, tarif RS sebesar
Rp.1.103.692 dan tarif INA-CBG’s sebesar Rp.1.142.408. Jumlah seluruh pasien
JAMPERSAL sebanyak 4309, ibu meninggal pada program JAMPERSAL pada
tahun 2011 sebanyak 13 pasien. Ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya
adalah Pendaraan, Pre-eklamsia dan Sepsis. Jumlah bayi meninggal adalah sebanyak
182 pasien. Sedangkan untuk pasien Non JAMPERSAL jumlah AKI sebanyak 18
pasien dari seluruh pasien Non JAMPERSAL yaitu 7970 pasien dan AKB sebesar
507 pasien.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah biaya tindakan bersalin yang dilakukan
di RSD dr. Soebandi Jember lebih besar 50,43% atau Rp.1.103.486 dari tarif INACBG’s.
Hal ini disebabkan karena tarif RS didasarkan pada kebutuhan rill dari
pasien, sedangkan tarif INA-CBG’s disusun berdasarkan tarif minimal yang
ditentukan oleh pemerintah. Disarankan meninjau kembali clinical pathway yang
sesuai dengan INA-CBG’s yang bisa menjadi acuan rumah sakit dalam memberikan
pelayanan khususnya terhadap pasien JAMPERSAL. Ditinjau dari Standart pelayanan
Minimal yaitu dengan melihat AKI dan AKB, memberikan gambaran bahwa dengan
diterapkannya sistem INA-CBG’s di RSD dr. Soebandi Jember t idak mengurangi
mutu layanan yang diberikan kepada pasien.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1483]