AKTIVITAS EKSTRAK POLIFENOL BIJI KAKAO SUPERIOR DAN INFERIOR DARI PTPN XII KEBUN KALIKEMPIT-BANYUWANGI SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI
Abstract
Indonesia merupakan negara penghasil kakao (Theobroma cacao L.) terbesar ketiga setelah Ghana dan Pantai Gading. Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan utama di Indonesia. Kakao merupakan tanaman yang rentan terserang hama dan penyakit. Salah satu penyakit yang menghambat perkembangan kakao di Indonesia adalah penyakit busuk buah (Phythophthora palmivora) serta hama Pengerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella). Buah kakao yang terserang hama dan penyakit busuk buah dapat menurunkan mutu apabila diolah menjadi suatu produk karena dapat merusak cita rasa dan aroma khas cokelat, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan nilai dari buah kakao yang terserang hama dan penyakityaitu dengan memanfaatkan kandungan polifenol yang terdapat dalam biji kakao tersebut. Kandungan polifenol yang terdapat dalam biji kakao diduga berpotensi sebagai sumber antioksidan dan antibakteri alami.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia biji kakao inferior dibandingkan dengan biji kakao superior. Setelah itu dilakukan ekstraksi polifenol biji kakao untuk mengetahui karakteristik ekstrak bubuk polifenol biji kakao superior yang didapatkan dan kemudian dilakukan uji penghambatan terhadap bakteri E.coli dan B.subtilis dengan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum dan Inhibition Concentration 50% atau IC50 sehingga dapat diketahui potensi polifenol sebagai antibakteri.
Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu (1) Tahap analisis kimia biji kakao superior dan inferior yang meliputi indeks fermentasi, kadar air dan kadar lemak; (2) Tahap ekstraksi polifenol biji kakao superior dan inferior yang nantinya didapatkan bubuk polifenol kasar dan dianalisis randemen, warna,
ix
total polifenol dan akivitas antioksidan; dan (3) Tahap pengujian ekstrak senyawa polifenol sebagai sumber antioksidan dan senyawa antibakteri.
Secara umum hasil pengamatan karakteristik kimia biji kakao yang didapatkan yaitu indeks fermentasi biji inferior lebih tinggi daripada sampel H0 karena terjadi fermentasi pada saat penumpukan; nilai kadar air biji kakao tertinggi adalah sampel terserang PBK 6,20% dan terendah sampel terserang busuk buah 5,50%; nilai kadar lemak tertinggi pada sampel H4 56,43% dan terendah sampel terserang PBK 36,41%. Hasil pengamatan karakteristik bubuk polifenol kasar yaitu pada randemen nilai yang tertinggi adalah sampel H0 8,19% dan terendah sampel H4 7,59%; untuk warna semua sampel rata-rata menunjukkan pada warna ungu; total polifenol tertinggi adalah sampel H0 284,56 mg/g dan terendah adalah sampel H4 177,63 mg/g; dan untuk aktivitas antioksidan tertinggi adalah sampel H0 73,03% dan terendah sampel H4 47,19%.Berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa biji kakao inferior terserang PBK dan busuk buah karakteristiknya tidak berbeda jauh dengan biji kakao superior non fermentasi.
Hasil uji polifenol biji kakao superior terhadap bakteri E.coli sampel H0 menunjukkan KHM 0,157% dan IC50 0,083%; H4 menunjukkan KHM 1,801% dan IC50 0,62%; dan terhadap B.subtilis sampel H0 menunjukkan KHM 0,14% dan IC50 0,08%; H4 menunjukkan KHM 0,31% dan IC50 0,13%. Sedangkan untuk polifenol biji kakao inferior terhadap E.coli sampel terserang Phytopthora menunjukkan KHM 0,327% dan IC50 0,172%; sampel terserang PBK menunjukkan KHM 0,342% dan IC50 0,180%; dan terhadap B.subtilis sampel terserang Phytopthora menunjukkan KHM 0,34% dan IC50 0,18%; sampel terserang PBK menunjukkan KHM 0,40% dan IC50 0,21%. Secara umum hasil pengamatan menunjukkan bahwa polifenol biji kakao superior dan inferior dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan B.subtilis secara optimal pada konsentrasi yang berbeda-beda.