KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L.) TERMODIFIKASI DENGAN FERMENTASI MENGGUNAKAN Lactobacillus plantarum
Abstract
Koro pedang (Canavalia ensiformis L.) merupakan salah satu komoditas
pertanian yang memiliki potensi besar sebagai alternatif bahan pangan pokok berbasis
bahan lokal. Pengembangan produk pangan dari koro pedang diantaranya adalah tempe,
susu, nugget, sosis, bakso, dan kecap. Kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi
tersebut juga berpotensi menjadikan koro pedang sebagai functional food ingredient
berbentuk tepung. Namun, pengolahan varietas koro menjadi functional food ingredient
masih memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut adalah sifat fungsional yang dimiliki.
Proses untuk memperbaiki dan meningkatkan karakteristik dari tepung koro pedang
adalah memberikan perlakuan fermentasi pada pembuatan tepung. Produksi tepung koro
pedang termodifikasi dengan fermentasi menggunakan Lactobacillus plantarum
diharapkan menghasilkan karakteristik nutrisi dan fungsional yang lebih baik daripada
fermentasi spontan. Penelitian in bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik, kimia,
dan fungsional tepung koro pedang dengan fermentasi menggunakan Lactobacillus
plantarum.
Penelitian diawali dengan membuat kultur kerja dari formulasi media buatan L.
plantarum yang memenuhi syarat untuk dijadikan kultur kerja dan siap digunakan. Tahap
selanjutnya biji koro pedang diretakkan, direndam dalam larutan asam sitrat dengan
variasi pH 3, 4, dan 5 dan diberi sinar UV selama 30 menit. Lalu diinokulasikan kultur
kerja Lactobacillus plantarum 10 % v/v dan diinkubasi pada suhu 37oC dengan lama
waktu 0, 8, 16, 24, dan 32 jam.
Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
terdiri 2 faktor dengan ulangan 2 kali. Faktor A adalah variasi pengaturan pH dengan taraf yaitu pH 3,4, dan 5; dan faktor B adalah variasi lama fermentasi yaitu 8, 16, 24, dan
32 jam. Pengolahan data penelitian menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA)
meliputi derajat putih, kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar
karbohidrat, WHC – OHC, daya buih – stabilitas buih, dan daya emulsi – stabilitas
emulsi. Beberapa data menggunakan analisis deskriptif meliputi nilai pH, total asam
laktat dan jumlah sel pertumbuhan mikroba (Total Plate Count) dari air perendaman koro
pedang. Beda nyata diantara rerata perlakuan digunakan uji beda nyata DMRT (Duncan
Multiple Range Test) dengan taraf uji 5%.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tepung koro pedang termodifikasi dengan
fermentasi menggunakan Lactobacillus plantarum pada perlakuan variasi pH 3, 4, dan 5
dan lama fermentasi 8, 16, 24, dan 32 jam diperoleh kesimpulan bahwa nilai derajat putih
tepung koro pedang terfermentasi Lactobacillus plantarum lebih putih daripada tepung
koro pedang terfermentasi spontan. Nilai derajat putih tertinggi sebesar 89,406 pada
perlakuan pH 4 dan lama fermentasi 24 jam; tepung koro pedang terfermentasi
Lactobacillus plantarum memiliki kadar protein lebih tinggi daripada tepung koro
pedang terfermentasi spontan. Kadar protein tertinggi sebesar 34,77% db pada perlakuan
pH 4 dan lama fermentasi 8 jam. Namun, semakin lama fermentasi kadar protein semakin
menurun; daya dan stabilitas buih tepung koro pedang terfermentasi Lactobacillus
plantarum memiliki nilai lebih tinggi daripada tepung koro pedang terfermentasi spontan.
Nilai daya buih tepung koro pedang terfermentasi menurun dari 496,00 ml/g hingga
266,67 ml/g seiring penambahan waktu fermentasi; dan uji efektivitas terhadap tepung
koro pedang terfermentasi Lactobacillus plantarum menunjukkan bahwa perlakuan
terbaik diperoleh pada perlakuan pH 4 dan lama fermentasi 24 jam.