KOMPARASI BIJI KELOR BERKULIT DAN BIJI KELOR TANPA KULIT PADA PROSES KOAGULASI FLOKULASI LIMBAH CAIR KOPI METODE BASAH
Abstract
Pengolahan kopi dengan cara basah menghasilkan residu berupa air cucian yang menjadi limbah cair kopi. Limbah cair tersebut bersifat asam dan memilki struktur yang kompleks sehingga tidak mudah terurai secara biologis. Limbah cair ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila dibuang tanpa dilakukan penanganan terlebiih dahulu. Salah satu penanganan limbah yang dapat diterapkan adalah dengan koagulasi flokulasi. Penanganan limbah dengan koagulasi flokulasi dibantu dengan penambahan koagulan. Koagulan yang digunakan pada penelitian ini adalah koagulan alami biji kelor.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi komparasi antara penggunaan biji kelor sebagai koagulan dalam dua kondisi yaitu biji kelor berkulit dan biji kelor tanpa kulit pada penurunan parameter kualitas limbah cair kopi seperti pH, kekeruhan, TSS dan COD. Biji kelor yang digunakan sebagai koagulan dibagi lagi menjadi variasi ukuran partikel yaitu 60, 70 dan 80 mesh. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel terhadap penurunan parameter kualitas limbah cair kopi seperti pH, kekeruhan, TSS dan COD. Kombinasi perlakuan koagulan biji kelor berkulit dengan biji kelor tanpa kulit kemudian ditambahkan pada 500 ml limbah cair kopi dengan kecepatan putaran, pH dan dosis optimum yang telah dilakukan pada penelitian pendahuluan. Hasil dari penelitian pendahuluan didapatkan kecepatan putaran flokulator 400 rpm, pH optimum 9 dan dosis optimum3 gram/500liter.
Hasil penelitian menunjukkan nilai pH akhir pada semua kombinasi perlakuan memilki nilai yang sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Nilai pH perlakuan biji kelor berkulit pada ukuran partikel 60,70 dan 80 mesh berturut-turut 7,1;6,8 dan 6,9 sedangkan untuk perlakuan biji kelor tanpa kulit memiliki nilai pH 8,0;8,0 dan 8,1.
x
Nilai kekeruhan awal pada perlakuan biji kelor berkulit 448 NTU menjadi 647,67 pada ukuran partikel 60 mesh kemudian turun kembali menjadi 425,67 NTU pada ukuran partikel 70 mesh dan makin menurun pada ukuran partikel 80 mesh menjadi 98,07 NTU sedangkan pada perlakuan biji kelor tanpa kulit yang memilki kekeruhan awal 394,5 NTU turun menjadi 52,93 NTU pada ukuran partikel 60 mesh kemudian semakin turun hingga 49,57 NTU pada perlakuan ukuran partikel 70 mesh dan 38,70 NTU pada ukuran partikel 80 mesh.
Nilai TSS awal pada perlakuan biji kelor berkulit sebesar 126,79 mg/l naik menjadi 189,7 mg/l pada ukuran partikel 60 mesh, kemudian turun menjadi 134,45 mg/l pada ukuran partikel 70 mesh dan terus menurun menjadi 57,38 mg/l pada ukuran partikel 80 mesh. Nilai TSS awal untuk biji kelor tanpa kulit sebesar 139,95 mg/l semakin menurun pada semua ukuran partikel. Nilai TSS pada ukuran partikel 60 mesh turun menjadi 42,67 mg/l, kemudian turun menjadi 41,93 mg/l pada ukuran partikel 70 mesh dan terus menurun menjadi 39,27 mg/l pada ukuran 80 mesh.
Nilai COD limbah awal dari perlakuan biji kelor berkulit sebesar 3360 mg/l semakin tinggi menjadi 3626,67 mg/l pada ukuran partikel 60 mesh. Nilai tersebut kemudian menjadi 3040,00 pada ukuran partikel 70 mesh; dan 3493,33 pada ukuran partikel 80 mesh. Nilai COD limbah awal untuk perlakuan biji kelor tanpa kulit sebesar 3762 mg/l turun menjadi 2189,67 mg/l untuk perlakuan ukuran partikel 60 mesh kemudian turun menjadi 1887,33 mg/l pada ukuran partikel 70 mesh dan naik kembali menjadi 2243,33 mg/l pada ukuran partikel 80 mesh.
Nilai efisiensi pada perlakuan biji kelor berkulit pada ukuran partikel 60,70 dan 80 mesh untuk kekeruhan adalah -64,17%; -7,90% dan 75,14% sedangkan untuk TSS -49,12%;-6,04% dan 5751% dan COD -7,43%;10,98% dan -2,85%. sedangkan untuk biji kelor tanpa kulit pada ukuran partikel 60,70 dan 80 mesh memilki nilai efisiensi kekeruhan sebesar 88,15;88,93% dan 91,35%, TSS 69,44%; 70,04% dan 71,49% dan nilai efisiensi COD 41,80%;49,83 % dan 40,36%.