PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH CAIR PENGOLAHAN KOPI MENGGUNAKAN SISTEM SIRKULASI PADA PROSES FITOREMEDIASI
Abstract
Air cucian pada pengolahan basah menyebabkan limbah cair yang jika
dibuang ke badan air atau lingkungan dapat menyebabkan pencemaran sehingga
diperlukan pengolahan limbah sebelum dibuang di perairan. Salah satu
pengolahan limbah secara alami yang sering dilakukan adalah dengan
fitoremediasi. Studi laju aliran pada pengolahan limbah dengan fitoremediasi
diperlukan untuk meminimumkan keragaman laju aliran
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan studi laju aliran dengan
memberikan sirkulasi pada akuarium eceng gondok untuk menurunkan kandungan
COD, BOD, kekeruhan, TSS, nitrogen dan fosfat limbah cair kopi serta
mengetahui nilai Hydraulic Retention Time (HRT) yang dibutuhkan limbah untuk
melewati lubang sirkulasi pada akuarium dengan variasi debit yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan akuarium fitoremediasi limbah cair kopi
dengan dimensi panjang 160 cm, lebar 30 cm dan tinggi 30 cm dengan lubang
sirkulasi berbentuk setengah lingkaran sebagai media untuk melakukan studi laju
aliran. Selain itu digunakan beberapa variasi debit untuk mengetahui pengaruh
aliran sirkulasi pada proses fitoremediasi terhadap penurunan kandungan bahan
pencemar dalam limbah cair kopi. Penelitian ini berlangsung selama tujuh hari
dengan mengukur kualitas air pada awal dan akhir perlakuan serta pengukuran
setiap hari selama tujuh hari.
Tahapan mekanisme kerja pada akuarium fitoremediasi pengolah limbah
cair kopi dengan sirkulasi meliputi tahapan sedimentasi, aktifitas kehidupan
mikroorganisme dan pengaruh sirkulasi pada akuarium. Variasi debit yang
dilakukan berdampak pada nilai HRT akuarium, serta berpengaruh terhadap
penurunan beberapa parameter pencemar.
x
Nilai penurunan tertinggi COD dan BOD adalah pada HRT 8 jam 31 menit
50 detik dengan jumlah penurunan COD dan BOD berturut-turut adalah 6.250
mg/L dan 4.056 mg/L. Penurunan nilai kandungan COD dan BOD yang tinggi
pada waktu tinggal 8 jam 31 menit 50 detik diduga karena semakin lama HRT
maka jumlah kandungan COD dan BOD yang terserap oleh akar eceng gondok
lebih banyak.
Nilai penurunan amonia (NH3-N) tertinggi adalah 168, 85 mg/l yaitu pada
saat debit QB. Sedangkan nilai penurunan terendah adalah 8,75 mg/l yaitu pada
saat perlakuan QC. Sebaliknya, kenaikan terjadi pada nilai fosfat (PO4) pada saat
debit QA dan QB. Kenaikan nilai fosfat (PO4) pada akhir perlakuan ini diduga
karena adanya fosfat yang terlarut dalam limbah yang disebabkan oleh suhu, pH
serta pembusukan tanaman eceng gondok.
Nilai efisiensi penurunan TSS pada masing-masing debit QA, QB, QC, dan
QD berturut-turut adalah 35,67%; 41,84%; 57,80%; 58,44%. Penurunan TSS
tersebut terjadi karena akar akar eceng gondok menyerap kontaminan melalui
proses alami salah satunya yaitu menarik kontaminan ke dalam akar, dimana
terdapat mikroba yang berfungsi untuk menghilangkan bahan berbahaya.
Nilai pH limbah cair kopi setelah perlakuan berubah dari asam menjadi
netral yaitu sebesar 6,8; 7,8; 7,9; 8,2. Nilai pH tersebut sesuai dengan baku mutu
yang ditetapkan berdasarkan keputusan gubenur no 72 tahun 2013 yaitu sebesar
6,0-9,0. Pemberian sirkulasi pada proses fitoremediasi juga berpengaruh terhadap
nilai pH. Nilai pH pada setiap kotak akuarium mengalami kenaikan dan
penurunan nilai setiap harinya yang diduga karena adanya aliran turbulensi
didalam akuarium. Namun, pada akhir perlakuan kekeruhan mengalami
penurunan