Show simple item record

dc.contributor.advisorMiswar
dc.contributor.advisorSholikah, Ummi
dc.contributor.authorFitriani, Dwi
dc.date.accessioned2015-12-03T06:35:42Z
dc.date.available2015-12-03T06:35:42Z
dc.date.issued2015-12-03
dc.identifier.nim101510501141
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66191
dc.description.abstractTanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum officinarum.Salah satu komoditas yang cukup straregis dan memegang peranan penting di sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional adalah komoditas gula. Dalam hal ini teknik secara konvensional kurang efektif untuk mendapatkan bibit yang diharapkan. Teknik kultur jaringan merupakan salah satu teknologi harapan yang telah banyak diketahui terbukti dapat memberikan keberhasilan. Melalui kultur jaringan tanaman tebu dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena didalam kultur jaringan sendiri memiliki faktor perbanyakan yang tinggi. Penambahan komponen pemicu pertumbuhan pada media tumbuh seperti asam amino telah menunjukkan pengaruh yang signifikan pada kultur jaringan pada banyak spesies (Asharo, dkk., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian asam amino terhadap pembentukan tunas dari kalus tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) dan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi yang berbeda dan optimal dalam usaha pengembangan sistem regenerasi paling efisien. Penelitian dilaksanakan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, Jurusan Agronomi, Universitas Jember menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan masing – masing 3 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan diuji lanjut menggunakan metode Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tiga macam asam amino dengan konsentrasi yang berbeda berdasarkan hasil yang diperoleh berbeda nyata terhadap parameter pengamatan jumlah tunas, jumlah tunas perkalus, rata-rata panjang tunas, dan tidak berbeda nyata pada parameter pengamatan persentase tunas terbentuk baik awal maupun akhir dan rata-rata jumlah akar. Glisin merupakan asam amino paling baik di banding dengan perlakuan kontrol dan asam amino yang lain. Sedangkan, konsentrasi asam amino paling baik adalah dengan menggunakan 0,25 mM.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectTanaman tebuen_US
dc.subjectkultur jaringanen_US
dc.subjectasam aminoen_US
dc.titlePEMBENTUKAN TUNAS DARI KALUS TANAMAN TEBU (Saccharum Officinarum L.) AKIBAT PEMBERIAN ASAM AMINO (GLISIN, SISTEIN DAN ARGININ)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record