APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KESESUAIAN HABITAT BANTENG (Studi Kasus di Taman Nasional Baluran)
Abstract
Taman Nasional Baluran (TNB) merupakan salah satu Taman Nasional
yang menjadi habitat dari banteng. Banteng dibaluran pada akhir-akhir ini sangat
sulit dijumpai dan dikatakan jumlahnya menurun drastis. TNB menyediakan
sumber pakan, sumber air, mineral dan kebutuhan sosial. Akan tetapi, temuantemuan
lapangan dari pengelola kawasan menunjukan terjadi tekanan terhadap
banteng dari perubahan habitatnya. Perubahan habitat banteng mengakibatkan
jumlah populasi banteng menurun drastis di habitatnya.
Aplikasi SIG digunakan dalam pembuatan data-data raster yang digunakan
untuk menentukan lokasi paling sesuai dari habitat banteng di TNB. Raster
ketinggian di bagi menjadi 13 kelas, kelerengan 6 kelas, sumber air 6 kelas, dan
tutupan lahan 15 kelas. Dari setiap kelas mempunyai nilai (skor) yang menjadi
acuan untuk menetapkan nilai kesesuaian habitat untuk banteng. SRTM DEM
digunakan untuk membuat peta raster ketinggian dan kelerengan. Jarak dari
sumber air dan tutupan lahan didapatkan dari TNB. Terdapat empat layer (peta
tematik) yang dijadikan sebagai indikator kesesuaian habitat untuk banteng, yaitu
letak ketinggian, kelerengan, tutupan lahan dan sumber air.
Terdapat 44 titik perjumpaan banteng di TNB, tetapi untuk jumlah pasti
populasi banteng sampai sekarang belum bisa dipastikan. Dengan menggunakan
empat peta tematik yaitu : peta ketinggian (elevasi), kelerengan (slope), peta jarak
dengan sungai dan tutupan lahan didapatkan peta kesesuaian habitat banteng
dengan skor antara 13-40. Peta kesesuaian habitat banteng di TNB mempunyai
tiga kelas dengan masing-masing mempunyai interval skor 13-22, 22-31 dan 31-
40. Titik perjumpaan banteng Baluran (44 titik) masing-masing terdapat pada skor
: 29 (1 titik), skor 30 (6 titik), 31 (4 titik), 32 (6 titik), 33 (8 titik), 34 (8 titik), 35
(5 titik), 36 (4 titik) dan 37 (2 titik).