Show simple item record

dc.contributor.authorAhmad Agus Setiawan
dc.date.accessioned2013-12-03T05:25:45Z
dc.date.available2013-12-03T05:25:45Z
dc.date.issued2013-12-03
dc.identifier.nimNIM071510291005
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2883
dc.description.abstractBerdirinya berbagai organisasi petani tebu yang ada diwilayah PG Semboro Kabupaten Jember setelah masa reformasi memang sangat membantu sekali dalam hal memperjuangkan aspirasi petani tebu khususnya, dimana kondisi pada tahun 1997 terjadi krisis moneter dan juga adanya perjanjian pemerintah dengan IMF dengan kesepakatan diantaranya (1) Ketentuan tentang penurunan tarif bea masuk bagi perdagangan luar negeri termasuk bea masuk gula. (2). Ketentuan tentang penyusutan peranan Bulog, dimana Bulog hanya diperbolehkan untuk melakukan monopoli beras. Kondisi tersebut sangat berdampak pada ketahanan ekonomi bagi petani tebu.berdirinya organisasi petani tebu menjadi simbol kekuatan baru bagi petani untuk memperjuangkan nasib mereka. Seiring perjalanan waktu organisasi petani tebu yang ada di PG Semboro tetap eksis dan juga bisa memperjuangkan nasib petani hingga saat ini. Organisasi yang ada di PG Semboro yang dulunya hanya ada dua organisasi dan tahun 2006 terjadi perpecahan internal didalam salah satu organisasi membuat para kader organisasi yang merasa kecewa memilih mendirikan organisasi petani tebu lainya. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa (1)Interaksi yang terjadi antar organisasi petani tebu baik Paguyuban Petani Tebu Rakyat (PPTR) Jember, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Semboro, Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) Mitra Usaha serta Koperasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI) PG Semboro bersifat formal dan nonformal. Interaksi antar organisasi yang bersifat formal adalah pertemuan rutin 1 bulan sekali yang disebut forum temu kemitraan (FTK). Forum temu kemitraan (FTK) yang menjadi pokok bahasan dalam pertemuan tersebut adalah penentuan upah tebang tebu, penentuan biaya anggkut tebu, perumusan besarnya profit sharing, target giling, Bongkar Ratoon dan Rawat Ratoon, kelancaran kredit, penjualan gula serta teknis budidaya tebu. Interaksi antar organisasi yang bersifat nonformal adalah pertemuan biasa yang dilakukan para petani tebu baik dilahan ataupun di sekitar PG. (2) Peran organisasi petani tebu yang ada di wilayah PG Semboro adalah sebagai penyedia fasilitas yaitu vii terkait penyediaan dana kredit bagi petani tebu, peran mediasi dan negosiasi yaitu membantu petani tebu ataupun anggota untuk melaksanakan mediasi dan negosiasi dengan pihak pemangku kebijakan. Peran edukasi dimana organisasi petani tebu yang ada di wilayah PG Semboro melakukan berbagai pelatihan dan juga menyampaikan berbagai informasi penting terkait keadaan pertebuan ataupun kondisi gula terkini. Organisasi petani tebu juga berperan dalam mengawal berbagi aspirasi serta menampung segala permasalahan yang dialami petani untuk dicarikan jalan keluar yang baik. (3) Manfaat organisasi petani tebu yang ada diwilayah PG Semboro bagi petani tebu adalah penyediaan kredit usaha tani tebu, penyedian mesin traktor, penyedia pupuk untuk petani tebu, dan penyedia berbagai informasi baik rendemen, harga lelang gula, harga tebang angkut dan lainya. . (4) Dinamika yang terjadi antara empat organisasi petani tebu yang ada diwilayah operasional PG Semboro sangat dinamis tetapi rapuh, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai interaksi yang dilakukan antar organisasi dalam mengawal aspirasi petani tebu baik permasalahan lelang gula, profit sharing, rendemen dan harga tebu yang sangat rentan akan berbagai kepentingan kelompok ataupun individu untuk meraup kentungan dari permasalahan yang dihadapi petani tebu, sehingga membuat organisasi petani tebu satu dan lainya bisa berselisih paham bahkan menuju pada konflik yang membuat petani kian tidak percaya kepada organisasi petani tebu dan juga PG karena tidak adanya transparasi akan rendemen. Harga tebu yang relatif lebih rendah dari PG lain diluar PTPN XI serta profit sharing yang yang dirasa tidak adil bagi petani karena profit sharing diluar PTPN XI lebih tinggi dan bahkan ada yang memberlakukan profit sharing 0%. Menurunya kepercayaan petani tebu terhadap organisasi dan juga pihak PG berdampak pada kurangnya bahan baku tebu untuk giling di PG Semboro akibat banyaknya petani tebu yang menjual tebu keluar PG Semboro terutama keluar PG PTPN XI sehingga mengakibatkan PG Semboro berpotensi merugi.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries071510291005;
dc.subjectPETANI TEBUen_US
dc.titlePERAN DAN DI NAMI KA ORGANISASI PETANI TEBU DI WILAYAH OPERASIONAL PG. SEMBOROen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record