ANALISIS POLA KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI TEMBAKAU WHITE BURLEY ( Kasus pada Usahatani Tembakau White Burley di Desa Ampel Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember )
View/ Open
Date
2014-01-28Author
Fi t r i Yul i s t i y a ni Ro s z a na
Metadata
Show full item recordAbstract
Tembakau White burley merupakan bahan utama dalam industri rokok
Sigaret Putih Mesin (SPM). Penggunaan tembakau White Burley mencapai 20%
dari komposisi seluruh bahan baku rokok. Di Propinsi Jawa Timur, tembakau
White Burley di usahakan di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember.
Menurut Dinas Perkebunan Kabupaten Jember, Kecamatan Wuluhan memiliki
luas panen terbesar yaitu 244 Ha. Usahatani tembakau White Burley di Kecamatan
Wuluhan dilakukan dengan jalan kemitraan dengan PT. Philip Moris.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kemitraan, faktor-faktor
yang mendorong berkembangnya pola kemitraan, mengetahui efisiensi
penggunaan biaya, mengetahui pendapatan, mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani yang melakukan kemitraan
dengan PT. Philip Moris di Desa Ampel Kecamatan Wuluhan. Penentuan daerah
penelitian didasarkan pada metode disengaja (Purposive Method) yaitu Desa
Ampel Kecamatan Wuluhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analitik dan korelasional. Metode pengambilan contoh
dilakukan dengan metode Disproportinate Stratified Random Sampling. Metode
pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pola kemitraan yang terjalin
adalah pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA); (2) Faktor-faktor
pendorong berkembangnya kemitraan adalah jaminan pasar, jaminan modal,
keterbukaan pihak pengusaha, bimbingan teknis pasca panen, keterlibatan
pemerintah, bimbingan teknis budidaya, ketersediaan pupuk, anjuran penanaman
varietas tertentu dan penanggungan resiko; (3) Nilai R/C ratio pada usahatani
tembakau White Burley sebesar 1,75, maka usahatani efisien dan layak untuk
diusahakan; (4) Pendapatan rata-rata usahatani tembakau White Burley sebesar
Rp 10.112.589,22, nilai tersebut menunjukkan keuntungan bagi petani; dan
(5) Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani
tembakau White Burley adalah luas lahan, biaya produksi, harga jual, dan
produksi. Faktor-faktor yang berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan
usahatani adalah umur petani, pendidikan, dan lama petani bermitra.
PT. Philip Moris sebagai perusahaan mitra harus bersifat terbuka terhadap
petani, khususnya terkait dengan standar kualitas dan kuantitas tembakau White
Burley yang diinginkan oleh perusahaan. Kemitraan antara PT. Philip Moris
dengan petani tembakau White Burley harus dilandasi dengan rasa kekeluargaan,
sehingga setiap permasalahan yang timbul dalam kemitraan dapat terpecahkan
melalui jalan musyawarah.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]