PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN CARA PENGAIRAN TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN MUTU BENIH PADI
Abstract
Padi merupakan komoditas pertanian yang sangat penting karena
merupakan bahan makanan pokok di Indonesia selain ketela, sagu dan jagung.
Peningkatan produksi melalui intensifikasi belum mampu meningkatkan produksi,
karena kehilangan nitrogen ± 60-70% dari total N yang diberikan (De datta, 1981)
dalam Gani (2009). Modifikasi pupuk N yaitu pupuk N yang bersifat slow release
dapat mengurangi tingkat kehilangan pupuk. Menurut Fashola dkk. (2001) dalam
Gani (2000), penggunaan polylefin-coated urea mendapatkan efisiensi agronomi
N rata-rata 36 g/g N, sedangkan dari penggunaan urea saja hanya 20 g/g N.
Penelitian Astuti (2010) menyatakan bahwa dugaan gabah kering per
hektar pengairan berkala tidak berbeda dengan pengairan tergenang. Sumardi
(2007) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan air dengan tidak tergenang pada
padi sawah sebesar 19,581%, sedangkan penggunaan air tergenang terus menerus
efisiensinya sebesar 10,907%.
Tujuan penelitian untuk mengetahui dosis pupuk N yang diperoleh dari
urea dan pupuk N slow release dengan pengairan intermittent dan tergenang yang
paling baik terhadap pertumbuhan, hasil dan mutu benih padi. Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan referensi teknik budidaya padi, khususnya
penggunaan pupuk N slow release.
Penelitian dilaksanakan sejak 14 Mei sampai 13 September 2012 di
Agroteknopark Universitas Jember dan dilanjutkan di Laboratorium Teknologi
Benih Fakultas Pertanian dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan tiga ulangan, terdiri atas dua faktor. Pengairan intermittent (P1)
dan tergenang (P2) sebagai faktor pertama dan faktor kedua yaitu dosis pupuk N
dari urea dan N slow release dengan 4 taraf yaitu 92 kg N/ha (S1), 115 kg N/ha
(S2), 138 kg N/ha (S3), dan 161 kg N/ha (S4). Penyiraman untuk perlakuan
pengairan berkala (intermittent) dilakukan sedikit demi sedikit ± 2-5 cm (10 hst) ,
dikeringkan sampai tanahnya kering retak (1 hari) kemudian diari kembali dan
dikeringkan kembali sampai mencapai pembungaan terus di genangi ± 5 cm.
Penyiraman untuk pengairan tergenang dilakukan sedikit demi sedikit, saat usia 8
hst genangan mencapai ± 5 cm sampai pembungaan, 10 hari sebelum panen
dikeringkan. Aplikasi pupuk NPK slow release dilakukan sebelum tanam dengan
dibenamkan, pemupukan susulan I dilakukan saat usia 35 HST (1/2 dosis urea dan
5 kg/ha KCL). Pupuk susulan II dilakukan saat usia 44 HST (sisa dosis urea).
Pupuk susulan tersebut dilakukan dengan cara dibenamkan.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah malai dan kadar air benih (%)
dipengaruhi oleh faktor pupuk dan pengairan; jumlah anakan , persentase gabah
isi (%), berat 1000 butir dan keserempakan berkecambah (%) dipengaruhi faktor
tunggal pupuk; sedangkan interaksi pupuk dan pengairan mempengaruhi jumlah
gabah per malai dan berat per rumpun.
Kesimpulan penelitian yaitu dosis 161 kg N/ha dan pengairan tergenang
menghasilkan berat gabah per rumpun tertinggi; dosis 161 kg N/ha dengan kedua
cara pengairan menghasilkan jumlah gabah per rumpun yang sama; pengairan
tergenang meningkatkan jumlah malai dan kadar air benih (%); pemupukan
nitrogen berpengaruh pada jumlah malai, persentase gabah isi (%), berat 1000
butir, kadar air benih (%) dan keserempakan berkecambah (%); dan dosis 138 kg
N/ha menghasilkan keserempakan berkecambah terbaik.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]