PENGARUH BAHAN KEMAS SELAMA PENYIMPANAN TERHADAP PERUBAHAN KADAR AIR GULA KELAPA (Cocos Nucifera Linn) PADA BERBAGAI SUHU DAN RH LINGKUNGAN
Abstract
Gula kelapa yang bentuknya padat yang biasa kita lihat pada dasarnya
berasal dari bahan cair, yaitu nira kelapa. Seiring dengan lamanya penyimpanan,
gula kelapa yang telah menjadi padat tersebut, semakin lama akan menjadi lunak
dan bahkan dapat menjadi cair kembali. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya
perubahan suhu dan RH lingkungan sehingga terjadi perubahan atau penambahan
kadar air yang terjadi pada gula kelapa. Sehingga untuk menghambat atau
memperpanjang daya simpan gula kelapa, diperlukan suatu pengemas sehingga
gula kelapa tidak cepat lunak dan kembali mencair karena adanya perubahan suhu
dan RH lingkungan sehingga kadar air gula kelapa dapat dipertahankan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan kemas
selama penyimpanan terhadap perubahan kadar air gula kelapa. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai upaya untuk memberikan
informasi kepada masyarakat dalam memperpanjang daya simpan gula kelapa
dengan cara melakukan pengemasan yang baik.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 sampai Maret 2009
di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Jember. Bahan yang digunakan adalah gula kelapa, bahan kemas
(plastik klip, kertas sampul, dan aluminium foil), bahan kimia berupa garam
jenuh. Alat yang digunakan adalah higrometer digital, jangka sorong, timbangan
analitis, eksikator, inkubator, toples, kawat kassa, cutter, thermokopel,
oven/pengering. Metode analisis yang digunakan ada dua cara yaitu analisis grafis
dan analisis statistik.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa hasil pengukuran
kadar air kesetimbangan gula kelapa (Cocos Nucifera Linn) pada kelembaban 60% pada suhu 300C, 400C dan 500C berat bahan dalam kemasan berkurang dan
RH dalam kemasan juga mengalami penurunan. Hal tersebut mengakibatkan
kadar air bahan dalam kemasan mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hal
ini disebabkan karena bahan menguapkan air ke lingkungan karena kelembaban
lingkungan terlalu kering. Berbeda dengan bahan yang berada pada kelembaban
antara 70% dan 80%, bahan mengalami pertambahan berat karena bahan
menyerap air dari lingkungan sehingga kadar airnya pun akan mengalami
kenaikan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan dapat diketahui bahwa
nilai permeabilitas bahan kemas aluminium foil adalah yang paling kecil bila
dibandingkan dengan kedua bahan kemas yang lain, yaitu plastik klip dan kertas
sampul. Hal ini menunjukkan bahwa aluminium foil merupakan bahan yang baik
untuk dijadikan bahan kemas gula kelapa (Cocos Nucifera Linn) karena memiliki
kemampuan untuk menghambat laju perpindahan gas dan uap air bahan bila
dibandingkan kedua bahan kemas yang lain, yaitu plastik klip dan kertas sampul.
Sedangkan bahan kemas yang memiliki nilai permeabilitas paling besar adalah
kertas sampul. Hal ini menunjukkan bahwa kertas sampul merupakan bahan yang
buruk untuk dijadikan bahan kemas gula kelapa (Cocos Nucifera Linn) karena
kemampuan untuk menghambat laju perpindahan gas dan uap air bahan sangat
buruk. Apabila nilai permeabilitas suatu pengemas semakin besar maka bahan
tersebut akan semakin cepat pula untuk menyerap atau melepaskan uap air. Hal ini
semua tergantung pada kelembaban relatif lingkungan tersebut. Apabila
kelembaban relatif lingkungan tinggi dan suhu penyimpanan rendah maka bahan
tersebut akan menyerap uap air atau sebaliknya apabila kelembaban relatif rendah
dan suhu penyimpanan tinggi maka bahan tersebut akan melepaskan uap air.