PENERAPAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) PADA PENGALENGAN JAMUR KANCING (Agaricus bisporus) (Studi Kasus di PT. SURYAJAYA ABADIPERKASA, Probolinggo)
Abstract
Jamur kancing (Agaricus bisporus) merupakan tanaman yang kini
perkembangannya semakin pesat di Indonesia. Jamur kancing memiliki sifat
mudah rusak, sehingga memerlukan penanganan yang tepat pada pasca panen.
Pengalengan masih merupakan metode terbaik untuk pengawetan jamur.
Pengalengan jamur kacing memiliki tahapan proses yang sangat kompleks,
dimana pada setiap tahapan harus dijaga agar tidak menyebabkan kerusakan
produk. Pengendalian proses dilakukan dengan menggunakan Statistical Process
Control (SPC), tidak membutuhkan biaya tinggi, tetapi dapat menghasilkan
parameter yang cepat dan akurat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses sudah sesuai
dengan standart yang ditentukan oleh perusahaan dan apakah terjadi
penyimpangan mutu pada setiap keluaran proses.
Pembahasan SPC dilakukan pada (1) sortasi jamur segar dengan parameter
whole:button; non whole: batang panjang; non whole:cap rusak;non whole:tanah
pada batang; kerusakan pathologi: cap/batang berlubang; bercak coklat; bercak
kuning; bercak hitam; busuk, (2) Analisis semi produk dengan parameter cacat
salah iris, pecah/broken, cacat ear/kupingan dan bercak coklat. Pengolahan data
dengan menggunakan bagan kendali p, dan (3) Analisis produk jadi, yaitu
pemeriksaan produk jadi harian, kualitas inkubasi 37
o
C dan 55
C dengan
parameter kevakuman dan head space kaleng pada sampel yang diambil dari retort
1,2,3. pengolahan data dengan menggunakan bagan kendali x.
Dari hasil olahan data diperoleh: pada sortasi jamur segar sampel pada
semua parameter berada pada kondisi terkendali. Pada analisis semi produk,
sampel pada semua parameter berada pada kondisi terkendali yang berarti tidak
terjadi penyimpangan mutu keluaran proses, sehingga harus terus dikendalikan
dengan baik dengan cara memperhatikan proses sebelumnya. Dan proses sudah
sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pada analisis
produk jadi, semua sampel pada semua parameter berada dalam kondisi
terkendali, kecuali pada parameter kevakuman (retort 3) pemeriksaan produk jadi
harian sampel pertama terjadi penyimpangan mutu dan pada parameter head space
(retort 1) inkubasi 55
o
C terdapat satu titik yang melebihi batas kendali atas,
namun masih dapat diterima. Sehingga perlu pengendalian ketat dengan
memperhatikan proses sebelumnya dengan seksama sehingga standart perusahaan
dapat terus tercapai.