PERENCANAAN BAHAN BAKU PADA PRODUKSI GULA TEBU (Studi Kasus PTPN XI PG Djatiroto Kabupaten Lumajang)
Abstract
Secara historis, industri gula merupakan salah satu industri perkebunan tertua
dan terpenting di Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa Indonesia pernah
mengalami era kejayaan industri gula pada tahun 1930-an dengan jumlah pabrik gula
yang beroperasi 179 pabrik, produktivitas sekitar 14,80% dan rendemen 11-13,80%.
Produksi puncak mencapai sekitar 3 juta ton dan ekspor gula 2,40 juta ton. Berbagai
keberhasilan tersebut didukung oleh kemudahan dalam memperoleh lahan yang
subur, tenaga kerja murah, prioritas irigasi, dan disiplin dalam penerapan teknologi
Dalam kegiatan produksi gula tebu, permasalahan yang sering dihadapi
adalah semakin turunnya mutu tebu hasil panen yang dilihat dari parameter nilai
rendemen tebu yang sangat kecil. Kecilnya nilai rendemen tebu ini berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas gula yang dihasilkan. Selain itu jumlah kapasitas
giling pabrik yang sangat terbatas menyebabkan perlu dilakukannya manajemen
tebang angkut yang tepat untuk menghindari kerusakan bahan baku tebu akibat waktu
tunggu yang terlalu lama antara petik dan giling. Jumlah kapasitas giling yang
terbatas akan mempengaruhi jumlah bahan baku tambahan yang dibutuhkan pada
proses pengolahan gula tebu. Jumlah kebutuhan bahan baku yang cukup besar dalam
kegiatan pengolahan gula tebu, memerlukan suatu perencanaan persediaan bahan
baku yang tepat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu ditentukan
formulasi jumlah tebu tergiling, pemakaian uap yang spesifik serta bahan pembantu
yang tepat untuk mencapai produksi rendemen yang maksimum.
Pada penelitian ini pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan
metode purposive samples berdasarkan ketersediaan data. Data ketersediaan adalah
jenis data non probabilitas paling khas yang dipergunakan dalam penelitian dimana unsur-unsurnya diambil atas dasar kemudahan yang dijangkau oleh peneliti. Data
yang diambil yaitu data jumlah tebu tergiling, pemakaian uap, kapur tohor, belerang
serta flokulant pada tahun 2002 sampai 2006 selama 10 periode, tiap periodenya
terdiri dari 15 hari. Sedangkan untuk analisa data menggunakan metode regresi linier
berganda dikarenakan semua peubah bebas dianggap mempengaruhi peubah tidak
bebas dalam bentuk linier dan bebas satu dengan lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data menggunakan metode
regresi linier berganda, didapatkan nilai rendemen maksimum pada tahun 2002
sampai 2006 selama 10 periode, yaitu pada tahun 2006 periode 10 dengan nilai
produksi rendemen 8,19 dengan formulasi kapasitas tebu tergiling sebanyak 87.420,8
ton, pemakaian uap sebesar 0,44 ton, kapur tohor 85,82 ton, belerang 32,99 ton serta
pemakaian flokulant sebanyak 0,24 ton.
Formulasi jumlah tebu tergiling, pemakaian uap dan bahan pembantu yang
tepat merupakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pihak PG Djatiroto dalam merencanakan kebutuhan bahan sehingga pembelian
(pengadaan) atas komponen yang diperlukan untuk rencana produksi dapat dilakukan
sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan