PENGARUH MEDIA FORMULASI DAN JENIS KEMASAN Bacillus subtilis UNTUK PENGENDALIAN Ralstonia solanacearum (Yabuuchi et al.) PADA TANAMAN TOMAT SECARA IN VITRO
Abstract
Penyakit layu yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum merupakan
salah satu penyakit penting pada tanaman tomat di dataran rendah dengan
intensitas penyakit 7%-75%. Penyakit layu bakteri juga sangat merugikan
pertanaman tembakau, kentang, kacang tanah, pisang, cabai dan juga menginfeksi
tanaman berkayu yang bernilai ekonomi, sehingga diperlukan pengendalian yang
efektif. Berbagai macam teknik pengendalian telah dilakukan seperti penggunaan
kultivar tahan, rotasi tanaman bukan inang, pemakaian bakterisida, perbaikan cara
budidaya, pembersihan lahan dan alat-alat pertanian, namun pengendalian tersebut
kurang efektif. Salah satu pengendalian yang efektif yaitu penggunaan bakteri
antagonis B. subtilis. Bakteri B. subtilis sebagai agensia hayati sebaiknya dijual
dalam bentuk yang mudah digunakan, untuk itu harus diformulasikan. Formulasi
yang sesuai akan memberikan habitat yang dapat melindungi mikroorganisme
dengan demikian akan meningkatkan potensinya untuk hidup. Agensia hayati
yang dikomersilkan memerlukan kemasan yang ideal bagi pertumbuhannya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media formulasi dan
jenis kemasan terhadap viabilitas B.subtilis selama penyimpanan dan untuk
mengetahui efektivitas B. subtilis yang telah diformulasikan terhadap
pengendalian layu bakteri R. solanacearum pada tanaman tomat secara in vitro.
Penelitian dilakukan beberapa tahap yaitu peremajaan B. subtilis dan
R. solanacearum, perbanyakan B. subtilis, pembuatan formulasi, uji viabilitas dan
uji antagonisme secara in vitro. Peremajaan B. subtilis dan R. solanacearum
dilakukan pada media Nutrient Agar (NA). Perbanyakan B. subtilis dilakukan
pada media pepton 1%, pepton glukosa cair dan Nutrient Broth (NB). Formulasi
B. subtilis terdiri dari tiga kombinasi yaitu pupuk kandang + talk + kaolin (F1),
pupuk kompos + talk + kaolin (F2) dan dedak + tepung arang + talk + kaolin (F3).
Masing-masing formulasi dikemas ke dalam kemasan plastik transparan (P1) dan kemasan aluminium foil (P2). Uji Viabilitas masing-masing formulasi diamati
setiap minggu selama 12 minggu. Formulasi yang diperoleh diuji antagonismenya
secara in vitro disusun dalam Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga
ulangan, peubah yang diamati yaitu diameter koloni dan persentase
penghambatannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri B. subtilis masih dapat
bertahan hidup dalam waktu 12 minggu pada semua formulasi, dengan populasi
tertinggi pada kombinasi dedak, tepung arang, talk, kaolin yang dikemas dengan
aluminium foil (F3P2) sebesar 1.75x1018 CFU/ml. Bakteri B. subtilis pada semua
formulasi mampu menghambat pertumbuhan R. solanacearum. Formulasi F3P2
menunjukkan persentase penghambatan tertinggi sebesar 76,57 %.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]