EKSTRAKSI POLIFENOL BIJI KAKAO SECARA KIMIAWI SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN PEWARNA ALAMI
Abstract
Biji kakao mengandung senyawa polifenol sebanyak 5 – 18 % dalam bubuk
bebas lemak. Senyawa polifenol biji kakao yaitu katekin 33 – 42 %, leukosianidin 23 –
25 % dan antosianin 5 %. Potensi biji kakao sebagai sumber antioksidan dan pewarna
alami cukup besar, mengingat kandungan polifenolnya cukup tinggi. Polifenol biji
kakao berkurang melalui oksidasi selama fermentasi dan pengeringan. Mengingat
potensi polifenol biji kakao sebagai sumber antioksidan dan pewarna alami, maka
dilakukan ekstraksi polifenol pada biji kakao basah. Kondisi yang baik untuk ekstraksi
polifenol pada biji kakao basah belum diketahui sehingga perlu dilakukan penelitian.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan suhu ekstraksi
polifenol dari biji kakao terhadap rendemen, total polifenol dan aktifitas antioksidan
yang dihasilkan, untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan suhu ekstraksi polifenol
dari biji kakao terhadap stabilitas pigmen antosianin yang dihasilkan serta untuk
mengetahui kondisi ekstraksi yang terbaik terhadap rendemen, total polifenol aktifitas
antioksidan dan stabilitas pigmen antosianin yang dihasilkan..
Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
disusun secara faktorial dengan dua faktor, faktor I adalah jenis pelarut dan faktor II
adalah suhu. Pelarut yang digunakan adalah Methanol, Ethanol, Ethyl Acetat dan Asam
Acetat. Perlakuan suhu terdiri dari suhu ruang, suhu 40oC dan suhu 55oC. Dari dua
faktor tersebut dikombinasikan sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Masingmasing
perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisa anava dan apabila
didapatkan hasil yang berbeda nyata, dilakukan perbandingkan menggunakan uji jarak
Duncan dengan bantuan perangkat lunak SAS V8.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak polifenol tertinggi
terdapat pada perlakuan A4B2 (pelarut asam acetat pada suhu 40oC) sebesar 9,7 %,
kandungan total polifenol tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1 (pelarut methanol
pada suhu ruang) sebesar 84,7 % dan aktivitas antioksidan paling tinggi terdapat pada
perlakuan A4B3 (pelarut asam acetat pada suhu 55oC) sebesar 96,6 %. Hasil pengamatan
warna ekstrak mendapatkan bahwa tingkat kecerahan tertinggi terdapat pada perlakuan
A3B1 (pelarut ethyl acetat pada suhu ruang) dengan nilai L* sebesar 41,8, intensitas
warna tertinggi terdapat pada perlakuan A3B1 (pelarut ethyl acetat pada suhu ruang)
dengan nilai C* sebesar 41,8 dan nilai Hue tertinggi adalah A3B3 (pelarut ethyl acetat
pada suhu 40oC) sebesar 19,0. Pada parameter kestabilan warna ekstrak pigmen
antosianin, ekstraksi dengan larutan methanol dan asam asetat relatif stabil terhadap
lama perlakuan pada berbagai pH. Sedangkan terhadap adanya oksidator dan reduktor,
hasil ekstraksi menggunakan pelarut ethanol merupakan pigmen yang relatif stabil.