PEMBUATAN MIE KERING DENGAN VARIASI SUBSTITUSI MENGGUNAKAN TEPUNG GADUNG (Dioscorea hispida DENNST) DAN PENAMBAHAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT
Abstract
Mie merupakan produk makanan yang cukup populer dan digemari
masyarakat Indonesia, karena mie mudah dan cepat dalam penyajian, daya tahan
atau daya simpannya tinggi dan harganya terjangkau. Bahan dasar mie adalah
tepung gandum. Pada saat ini, kebutuhan akan gandum masih impor sebesar 2 juta
ton per tahun dan jumlahnya cenderung meningkat 8% per tahun. Sejak tahun
1996, setiap tahunnya Indonesia mengimpor 4,5 juta ton gandum. Untuk
mengurangi penggunaan tepung gandum dalam pembuatan mie, perlu upaya
mengganti tepung gandum dengan tepung lain yang dihasilkan dari bahan lokal
salah satunya pembuatan tepung dari umbi gadung.Umbi gadung merupakan salah
satu jenis umbi-umbian yang mudah tumbuh di daerah tandus, biasa hidup liar di
hutan-hutan, tidak memerlukan iklim yang spesifik untuk pertumbuhannya dan
nilai produktifitasnya tinggi yaitu 20 ton/ha/tahun serta memiliki karbohidrat yang
cukup tinggi yaitu 23,2%, dengan kadar air 73,5%. Mie yang dibuat dari tepung
gandum memiliki sifat yang lentur dan elastis karena adanya kandungan gluten.
Apabila tepung gandum disubstitusi dengan tepung gadung, maka mie yang
dihasilkan tidak sebaik mie dari tepung gandum karena tepung gadung tidak
mengandung gluten sehingga perlu ditambahkan natrium tripolifosfat sebagai
pembentuk tekstur. Untuk mendapatkan sifat-sifat mie yang masih baik dan
disukai, maka perlu diketahuinya jumlah tepung gadung maksimal untuk
substitusi serta jumlah penambahan natrium tripolifosfat yang tepat untuk
ditambahkan sehingga perlu dilakuakan penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah tepung
gadung yang disubstitusikan dan jumlah penambahan natrium tripolifosfat
terhadap sifat-sifat mie kering yang dihasilkan serta untuk menentukan jumlah
maksimal tepung gadung yang disubstitusikan dan jumlah penambahan natrium
tripolifosfat yang tepat sehingga dihasilkan mie kering dengan sifat-sifat yang
masih baik dan disukai.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang
terdiri dari dua faktor yaitu jumlah tepung gadung yang disubstitusikan (A) yang
terdiri dari empat level (30%, 35%, 40%, dan 45%) dan jumlah natrium
tripolifosfat (B) terdiri dari dua level (0,1% dan 0,2%) dari jumlah tepung gadung
dan tepung gandum.
Berdasarkan penelitian jumlah tepung gadung yang disubstitusikan
berpengaruh terhadap daya rehidrasi dan daya kembang mie kering. Namun tidak
berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, elastisitas dan warna mie kering yang
dihasilkan. Jumlah natrium tripolifosfat yang ditambahkan berpengaruh terhadap
kadar air, kadar abu, daya rehidrasi, daya kembang, elastisitas dan warna mie
kering yang dihasilkan. Jumlah tepung gadung yang disubstitusi dan jumlah
natrium tripolifosfat yang ditambahkan berpengaruh terhadap kesukaan warna,
rasa, kekenyalan dan keseluruhan mie yang dihasilkan. Mie Kering dengan
variasi jumlah substitusi tepung gadung dan jumlah penambahan natrium
tripolifosfat yang memiliki sifat-sifat yang masih baik dan disukai adalah
perlakuan A3B1 yaitu mie kering yang dihasilkan dari substitusi menggunakan
tepung gadung 40% dan penambahan natrium tripolifosfat 0,1%. Mie kering yang
dihasilkan mempunyai kadar air 8,42%, kadar abu 1,10%, daya rehidrasi
156,07%, daya kembang 216,58%, elastisitas 32,03 kg/s
2
, nilai warna 48,20,
nilai kesukaan warna 4,1 (suka-sangat suka), rasa 3,2 (agak suka-suka),
kekenyalan 3,0 (agak suka), keseluruhan 3,6 (agak suka-suka).