PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI
Abstract
Di Indonesia, singkong (Manihot utilissima Pohl) menjadi bahan panggan
pokok ketiga setelah beras dan jagung. Seiring dengan perkembangan teknologi,
ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan, bahan baku industri
pakan dan industri obat-obatan (Prihatman, 2000). Pemanfaatan singkong untuk
pangan masih didominasi oleh pembuatan tepung tapioka, sehingga peningkatan
mutu dan nilai tambah dari produk tepung tapioka akan banyak memberikan
manfaat untuk ketahanan pangan di Indonesia.
Usaha penganekaragaman pangan berbasis tepung dan peningkatan mutu
pati singkong, dapat dilakukan dengan pembuatan cassava sour starch. Cara ini
akan merubah sifat fungsional dan fisikokimia pati sehingga diharapkan mampu
menaikkan potensi pembuatan roti dari pati.
Penelitian ini mengkaji masalah teknologi produksi cassava sour starch.
Variabel dari teknologi produksi yang akan dikaji meliputi lama fermentasi dan
variasi jumlah komposisi glukosa dan pati pada media starter bakteri asam laktat
yang digunakan. Hasil fermentasi yang dihasilkan diuji secara kimia ( pH, total
asam, kandungan pati, air, lemak, protein, abu serat, amilosa dan amilopektin),
fisika (derajat keputihan, bentuk dan ukuran granula) dan fungsional (swelling
power, water holding capacity (WHC), kekuatan gel, kejernihan pasta dan
sineresis) dan kandungan total mikroba dengan metode kerapatan optik.
Bakteri asam laktat yang ditambahkan selama fermentasi mampu
mendegradasi pati sehingga menaikkan kandungan amilosa dan menurunkan
kandungan amilopektin, yang menjadi penentu sifat fisik dan fungsional pati. Hal
vii
ini dapat diketahui dari perubahan kandungan komposisi amilosa dan amilopektin.
Jenis media starter yang digunakan memiliki pengaruh yang berbeda-beda
terhadap karakteristik pati yang telah mengalami fermentasi. Jenis media starter
yang digunakan memberi perbedaan sifat yang signifikan terhadap total asam dan
turbiditas cairan fermentasi, pH pati, granula susceptibility pada dimethylsulfoxide
(DMSO), swelling power pada suhu 90° C dan sineresis tanpa freezing dan
thawing.
Berdasarkan lama fermentasi yang dilakukan menunjukkan perbedaan
yang signifikan terhadap turbiditas, pH dan total asam cairan fermentasi, derajat
keputihan, kadar pati, water holding capacity, swelling power, sineresis,
kejernihan pasta, total asam, dan granula susceptibility pada dimethylsulfoxide
(DMSO).