APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK (Ricinus communis L.) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA PENGHISAP POLONG DAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) PADA TANAMAN KEDELAI
Abstract
Kedelai (Gycine max (L.) Merr.) merupakan komoditi tanaman pangan
yang penting. Kebutuhan kedelai mencapai lebih dari 2,24 juta ton setiap
tahunnya. Kapasitas produksi nasional tahun 2000 hanya mampu menghasilkan
1,19 juta ton. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi kedelai
adalah hama dan penyakit. Kehilangan hasil akibat serangan hama dapat mencapai
80% bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian. Hama yang banyak
menyerang tanaman kedelai pada masa generatif adalah hama dari ordo hemiptera
(hama penghisap polong) dan ordo Lepidoptera (S. litura). Pengendalian dengan
insektisida sintetik mempunyai dampak negatif yaitu menyebabkan resitensi,
resurjensi, matinya musuh alami dan pencemaran lingkungan, sehingga
diperlukan alternatif pengendalian yang lebih bijaksana salah satunya yaitu
pemanfaatan insektisida nabati.
Jarak (Ricinus communis L.) adalah tumbuhan yang telah dimanfaatkan
sebagai insektisida nabati. Selama ini penelitian tentang pemanfaatan ekstrak biji
jarak sebagai insektisida nabati hanya terbatas pada pengujian konsentrasi ekstrak
biji jarak di laboratorium, sedangkan pengujian di lapang belum banyak diteliti,
oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi yang paling
efektif ekstrak biji jarak yang mampu menekan perkembangan populasi hama
penghisap polong dan S. litura pada tanaman kedelai.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan Pusat Inkubator Agribisnis (PIAA)
Universitas Jember Kecamatan Jubung, pada bulan Maret - Juni 2006. Percobaan
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Untuk perlakuan digunakan
ekstrak biji jarak dengan konsentrasi (A) kontrol, (B) 5%, (C) 7,5%, (D) 10%, (E)
12,5% dan (F) 15%. Semua perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data diuji
dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada aras 5%. Ekstrak biji jarak diaplikasikan pada tanaman berumur 54 sampai 75 hari setelah tanam (hst) Interval
penyemprotan tujuh hari. Volume ekstrak biji jarak yang dipakai 200 ml per
petak. Parameter pengamatan meliputi mortalitas persentase kerusakan hama
pengisap polong dan S. litura, berat berangkasan kering, berat polong kering, dan
berat 100 biji kering.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak biji jarak pada
konsentrasi 15% tingkat mortalitas yang diakibatkan lebih tinggi dibanding
konsentrasi lainnya pada hama penghisap polong. Pada pengamatan 54, 61, dan
68 hst semua konsentrasi menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata, tetapi
berbeda nyata pada 75 hst. Mortalitas S.litura. meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi ekstrak biji jarak dan memiliki pengaruh yang berbeda
nyata pada setiap perlakuan. Persentase kerusakan akibat serangan hama
penghisap polong pada semua perlakuan tidak begitu nampak akibat dari
rendahnya populasi hama serta memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata
terhadap kerusakan polong. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji jarak
persentase kerusakan yang diakibatkan S.litura semakin kecil. Aplikasi ekstrak
biji jarak tidak mempengaruhi berat berangkasan kering, berat polong, dan berat
100 biji kering kedelai.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]