dc.description.abstract | Tanaman kopi tidak menghendaki penyinaran dengan intensitas cahaya
tinggi (100%), akan tetapi intensitas cahaya yang dikehendaki sekitar 60%-80%
dengan temperatur udara 20-25
0
C. Pengaruh intensitas cahaya yang terlalu tinggi
menyebabkan kenaikan suhu disekitar tanaman terutama dipermukaan daun kopi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan dua pohon penaung yang
berbeda terhadap dinamika suhu siang malam dan proses fotorespirasi tanaman
kopi robusta (Coffea conephora). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan melakukan pengukuran terhadap intensitas cahaya, suhu
maksimum-minimum, fotosintesis, kandungan klorofil, daya hantar stomata,
produk fotorespirasi dan data hasil panen. Hasil penelitian menunjukkan tanaman
kopi robusta yang dinaungi sengon memperoleh intensitas cahaya sebesar 46,50
%, sedangkan yang di naungi lamtoro sebesar 82,58%, s
uhu udara mksimum siang
hari dibawah naungan lamtoro lebih tinggi yaitu 29,2
°C dari pada suhu dibawah
naungan sengon yaitu 28,1
°C, laju fotositesis pada tanamn kopi dibawah naungan
sengon menunjukkan lebih baik dari pada naungan lamtoro yaitu 0,756 µmol/m
/s
pada naungan sengon dan 0,533 µ/m
2
/s naungan lamtoro, kandungan klorofil daun
tanaman kopi dibawah naungan lamtoro lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungn klorofil dibawah naungan sengon yaitu 59,16µ/m
2
dibawah naungn
lamtoro dan 56,69µ/m
2
dibawah naungn sengon, nilai daya hantar stomata pada
tanaman kopi dibawah naungan lamtoro lebih tinggi yaitu 228,96 µmol/m2/s
sedangkan nilai daya hantar stomata tanaman kopi dibawah naungan sengon lebih
rendah yaitu 80,08 µmol/m2/s, kandungan glysin tanaman kopi dibawah penaung
lamtoro (4,99 ppm) lebih tinggi nilainya dari pada kandungan glysin di bawah
naungan sengon (4,37 ppm), dan produksi kopi dibawah pohon penaung sengon
lebih tinggi dari pada produksi kopi dibawah naungan lamtoro yaitu 1109,1 kg/ha
dan produksi kopi dibawah penaung lamtoro yaitu 919,4 kg/ha. | en_US |