Efektivitas Matriconditioning dengan Campuran Pupuk Hayati PGPR dan Aplikasi Air Leri untuk Meningkatkan Mutu Fisiologis True Shallot Seed
Abstract
Produktivitas bawang merah bersifat fluktuatif namun cenderung mengalami
penurunan. Petani bawang merah di Indonesia umumnya menggunakan benih umbi.
Patogenesis yang tinggi pada benih umbi merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya produktivitas bawang merah. Benih biji bawang merah atau
True Shallot Seed (TSS) dapat menggantikan benih umbi karena mampu menghasilkan
bibit bawang merah yang bebas penyakit. Meskipun begitu, benih TSS memiliki
persentase tumbuh yang rendah di lapang. Rendahnya persentase tumbuh benih TSS di
lapang disebabkan karena detiorasi atau penurunan mutu fisiologis benih selama
penyimpanan. Kemampuan tumbuh benih TSS dapat ditingkatkan melalui perlakuan
matriconditioning yang dikombinasikan dengan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR). Selain itu, kemampuan tumbuh benih dapat lebih ditingkatkan
dengan penambahan nutrisi untuk mendukung proses metabolisme serta meningkatkan
akumulasi cadangan makanan benih selama perkecambahan.
Amilosa dan amilopektin merupakan komponen utama penyusun pati yang
banyak ditemukan pada benih. Air leri atau air cucian beras merupakan limbah rumah
tangga yang banyak mengandung pati dan protein. Air leri memiliki potensi untuk lebih
meningkatkan kemampuan benih untuk berkecambah karena mengandung cadangan
makanan bagi benih. Pati pada benih akan dikatalis untuk menghasilkan energi yang
digunakan benih untuk melakukan metabolisme selama perkecambahan. Selain itu, air
leri juga mengandung berbagai nutrisi esensial bagi benih yang dapat meningkatkan
metabolisme selama benih berkecambah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh matriconditioning dengan pupuk hayati PGPR dan penggunaan air leri
selama proses perkecambahan terhadap vigor dan viabilitas benih TSS serta
pertumbuhan vegetatif bibit bawang merah di lapang.
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Analisis Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Penelitian dilakukan pada 16 Januari
hingga 8 April 2023. Penelitian dilakukan dengan dua faktor perlakuan, yaitu
matriconditioning menggunakan campuran pupuk hayati PGPR (M+PGPR) dan
aplikasi air leri. Taraf perlakuan M+PGPR terdiri dari: P0 (kontrol), P1 (tanpa
PGPR), P2 (PGPR-Rhizomax), P3 (PGPR-BenprimA), P4 (PGPR-FloraOne).
Perlakuan air leri terdiri dari: L0 (kontrol), L1 (konsentrasi 50%), L2 (konsentrasi
100%). Variabel pengamatan pengamatan meliputi daya berkecambah (DB),
kecepatan tumbuh relatif (KCT), indeks vigor (IV), keserempakan tumbuh (KST),
potensi tumbuh maksimum (PTM), indole acetic acid (IAA), tinggi bibit (TB),
jumlah daun (JD), panjang akar bibit (PA) dan berat kering bibit (BKB). Uji vigor
dan viabilitas menggunakan rancangan split plot – RAL dengan empat ulangan. Uji
pertumbuhan bibit menggunakan RAK dengan tiga ulangan. Analisis data
menggunakan sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%.
Hasil penelitian menunjukkan, perlakuan tunggal matriconditioning P2
menunjukkan hasil terbaik dan berbeda nyata pada variabel pengamatan DB, KCT,
IV, KST, PTM, dan BKB yaitu masing-masing sebesar 78.17%, 15.66%, 61.33%,
76.08%, 88.42% dan 0.18 gram. Perlakuan P4 menunjukkan hasil terbaik dan
berbeda nyata pada variabel pengamatan PA yaitu sebesar 14.54 cm. Perlakuan
tunggal air leri L2 menunjukkan hasil terbaik dan berbeda nyata pada variabel
pengamatan DB, KCT, IV, KST, PTM yaitu masing-masing sebesar 71.85%,
14.14%, 53.90%, 70.05% dan 79.95%. Kombinasi perlakuan P2L2 menunjukkan
hasil terbaik dan berbeda nyata pada variabel pengamatan KCT yaitu sebesar
17.25%. Kombinasi perlakuan P2L0 menunjukkan hasil terbaik dan berbeda nyata
pada variabel pengamatan JD (6 minggu setelah tanam) yaitu sebesar 4.67 helai.
Perlakuan P1L2 memiliki kandungan IAA endogen tertinggi yaitu sebesar 1330.5
ppm, diikuti oleh perlakuan P4L2 dengan sebesar 1265.5 ppm. Kandungan IAA
meningkat pada pemberian perlakuan air leri. Kandungan IAA kecambah bawang
merah yang diberi perlakuan matriconditioning bervariasi, namun perlakuan P1
menghasilkan kandungan IAA paling tinggi.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4534]