Pengaruh Pupuk Kotoran Sapi dan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) Terhadap Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.)
Abstract
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu kelompok tanaman
legume (kacang-kacangan) yang mengandung sumber protein, vitamin, dan nutrisi
penting yang sangat dibutuhkan oleh konsumennya. Komoditas ini juga
mempunyai kandungan antioksidan yang dapat dilihat dari aktivitas senyawa fenol
dan flavonoid. Senyawa tersebut memiliki peranan penting sebagai antioksidan
untuk menangkal radikal bebas
Berdasarkan data BPS 2018-2022 produktivitas buncis di Indonesia
menunjukkan nilai yang fluktuasi. Penurunan produktivitas ini diduga terjadi
karena kualitas tanah yang menurun akibat kekurangan bahan organik yang
disebabkan oleh pemberian pupuk anorganik yang berlebih. Solusi untuk
mengembalikan tingkat kesuburan dan aktivitas mikroorganisme tanah akibat dari
penggunaan pupuk anorganik yang berlebih dapat dilakukan dengan pendekatan
nature farming (pertanian ramah lingkungan) yaitu dengan cara memanfaatkan
bahan organik yang berasal dari limbah hewan ternak, serta penambahan pupuk
hayati.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan produksi yang berada di Jalan Tidar,
Jember, Jawa Timur dan dilaksanakan pada tanggal 10 Januari - 20 Maret 2023.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial. Faktor pertama yaitu dosis pupuk kotoran sapi dan faktor kedua yaitu
perlakuan konsentrasi PGPR. Faktor pertama yaitu berbagai dosis pupuk kotoran
sapi yang terdiri dari 4 taraf yaitu: P0: 0 ton/ha, P1: 10 ton/ha, P2: 15 ton/ha, P3: 20
ton/ha. Faktor kedua yaitu konsentrasi PGPR yang terdiri dari 4 taraf yaitu: K0: 0
ml/L, K1: 10 ml/L, K2: 15 ml/L, K3: 20 ml/L. Terdapat 16 kombinasi percobaan
dengan 3 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
Analisys of Varians (ANOVA) dan apabila hasil menunjukkan interaksi nyata maka
dilakukan uji lanjut Duncan's Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5%.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pupuk kotoran sapi dan PGPR tidak
menunjukkan interaksi terhadap seluruh parameter. Kombinasi perlakuan 20 ton/ha
dosis pupuk kotoran sapi dan 20 ml/L konsentrasi PGPR menghasilkan total bobot
panen 10,51 ton/ha, yaitu pada buncis muda 2,63 ton/ha dan buncis produksi 7,88
ton/ha. Pupuk kotoran sapi berpengaruh signifikan terhadap parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah polong, bobot hasil polong, panjang polong, bobot
polong per petak namun tidak berpengaruh signifikan pada parameter diameter
polong. Dosis pemberian pupuk kotoran sapi terbaik yaitu 20 ton/ha dan
menghasilkan nilai kadar protein tertinggi yaitu 28,54%. Konsentrasi PGPR hanya
berpengaruh signifikan terhadap parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, namun
tidak berpengaruh signifikan pada parameter jumlah polong, bobot polong, panjang
polong, diameter polong dan bobot polong per petak. Konsentrasi PGPR terbaik
yaitu 15 ml/L dan menghasilkan nilai aktivitas antioksidan tertinggi yaitu 62,2%.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4484]