Proses Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Teori Asimilasi Akomodasi dalam Menyelesaikan Soal Open Ended Materi Aljabar
Abstract
Kurikulum Merdeka, yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, bertujuan untuk mendukung visi pendidikan
Indonesia, yaitu menciptakan pelajar dengan karakter kuat yang menjunjung nilainilai Pancasila, dengan mengutamakan Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari
enam dimensi, salah satunya adalah berpikir kritis. Berpikir kritis sangat penting
dalam menghadapi kemajuan teknologi dan informasi, karena membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi informasi secara rasional. Kemampuan berpikir
kritis dapat diukur melalui soal open ended, yang memberi peluang siswa untuk
berpikir analitis dan kreatif. Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal open
ended berkaitan dengan teori asimilasi dan akomodasi, di mana asimilasi terjadi
ketika siswa dapat mengintegrasikan pengetahuan yang sudah ada, dan akomodasi
ketika siswa kesulitan memahami masalah baru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir kritis siswa
berdasarkan teori asimilasi akomodasi dalam menyelesaikan soal open ended
materi aljabar. Jenis dan pendekatan penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Pendeskripsian pada penelitian ini dilakukan dengan
cara memberikan gambaran mengenai proses berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan soal open ended materi aljabar yang didasarkan pada indikator
berpikir kritis.
Teknik pemilihan subjek dengan memberikan 2 soal tes open ended kepada
siswa. Kemudian hasil tes dianalisis dengan menggunakan indikator berpikir kritis
dan menentukan kategori kemampuan berpikir kritis siswa (kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah). Tiap kategori dipilih secara acak satu siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi yang baik untuk diwawancarai proses berpikir kritisnya. Kemudian diperoleh tiga subjek yang selanjutnya ketiga subjek ini masing-masing
disebut S1, S2 dan S3.
Berdasarkan ke enam indikator berpikir kritis menurut Facione, S1 lebih
banyak mengandalkan pengetahuan yang sudah dimiliki (asimilasi) untuk
menyelesaikan masalah, tetapi tetap bisa menyesuaikan pemahamannya
(akomodasi) saat mengevaluasi dan menarik kesimpulan. S2 menunjukkan
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi, dengan kecenderungan
menyesuaikan pemahaman saat menginterpretasi masalah serta menggunakan
pengetahuan sebelumnya saat menghubungkan konsep. Hal ini menunjukkan
bahwa S2 memiliki pemahaman yang berkembang dan kemampuan refleksi yang
baik dalam mengatur diri sendiri. S3 lebih sering mengalami akomodasi, karena
sering menghadapi situasi di mana pemahaman awalnya tidak cukup dan perlu
disesuaikan. Meskipun mengalami kesulitan dalam perhitungan dan penarikan
kesimpulan, S3 tetap berusaha mencari solusi, meskipun memerlukan waktu lebih
lama.