Formulasi dan Evaluasi Aktivitas Antioksidan Nanoemulsi Ekstrak Etanol Daun Sablo (Acalypha wilkesiana Müll.Arg.)
Abstract
Pada tahap penyembuhan luka di kulit, kulit akan memproduksi reactive
oxygen species (ROS) secara berlebihan sehingga memperlambat proses
penyembuhan. Oleh karena itu, dibutuhkan antioksidan yang mampu
meningkatkan penyembuhan luka dan melindungi jaringan dari kerusakan
oksidatif (Bhavana dkk., 2023). Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan
sebagai antioksidan sangat kuat adalah Acalypha wilkesiana Müll.Arg. yang
mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, tanin, antrakuinon,
steroid, saponin, fenol, dan terpenoid (Nneoyi-Egbe dkk., 2020). Senyawa
flavonoid dan fenol dalam ekstrak memiliki kelarutan, stabilitas, degradasi,
toksisitas, dan penetrasi yang buruk sehingga dimanfaatkan nanoteknologi yang
memiliki ukuran partikel kecil. Salah satunya nanoemulsi yang memiliki
keunggulan dalam meningkatkan kelarutan senyawa aktif dan penetrasi ke dalam
kulit, memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan sediaan emulsi, serta
mampu melindungi senyawa bioaktif dan meningkatkan stabilitas bioaktif
sehingga memperlambat degradasi (Bazana dkk., 2019; Preeti dkk., 2023).
Nanoemulsi diformulasikan dengan fase minyak dan fase air yang
ditambahkan surfaktan dan kosurfaktan untuk menurunkan tegangan antarmuka.
Komponen nanoemulsi dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan
senyawa flavonoid. Semakin tinggi senyawa flavonoid yang terlarut maka
aktivitas antioksidan yang dihantarkan oleh sistem nanoemulsi ke lapisan kulit
luka semakin maksimal (Bhavana dkk., 2023). Fase minyak, surfaktan, dan
kosurfaktan berperan penting dalam karakteristik nanoemulsi yang memenuhi
kriteria seperti viskositas, kelarutan zat aktif, ukuran partikel, dan stabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian, ekstraksi daun sablo menghasilkan %
rendemen sebesar 19,980%b/b. Ekstrak etanol daun sablo menunjukkan
kandungan senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, dan glikosida jantung dengan total flavonoid sebesar 344,061 mg QE/g ekstrak dan total fenol 691,842
mg GAE/g ekstrak. Selain itu, kadar flavonoid tertinggi pada komponen
nanoemulsi ditemukan pada komponen minyak (miglyol 812), surfaktan (tween
80), dan kosurfaktan (transcutol P). Berdasarkan % transmitan dan stabilitas fisik
pada prototype nanoemulsi didapatkan formula FA dengan rasio smix 3:1 dan
rasio minyak : smix sebesar 1:9, FB dengan rasio smix 4:1 dan rasio minyak :
smix sebesar 1:8, serta FC dengan rasio smix 4:1 dan rasio minyak : smix sebesar
1:9. Formula terpilih dimuat ekstrak kental etanol daun sablo sebesar 10% dan
dilakukan karakterisasi. Hasil karakterisasi formula FA, FB, dan FC menunjukkan
warna coklat, bentuk agak kental dan tidak lengket, bau khas tidak menyengat,
serta tidak terjadi pemisahan fase. Formula FA, FB, dan FC menunjukkan nilai
persen transmitan lebih dari 90%, pH di atas 4,5, stabil secara termodinamika
kecuali FB yang terjadi pengendapan, memiliki ukuran partikel <20 nm, indeks
polidispersitas (PDI) <0,3, dan zeta potensial yang belum memenuhi syarat yaitu
lebih tinggi dari ±30 mV. Selain itu, aktivitas antioksidan pada ekstrak dan
sediaan nanoemulsi ekstrak etanol daun sablo menunjukkan aktivitas yang sangat
kuat.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan konsentrasi komposisi akan
mempengaruhi karakteristik nanoemulsi. Semakin tinggi rasio minyak dan smix
maka semakin meningkatkan nilai % transmitan, pH, stabilitas termodinamika,
serta menurunkan ukuran partikel, indeks polidispersitas, dan zeta potensial.
Selain itu, sediaan nanoemulsi ekstrak etanol daun sablo mengalami peningkatan
potensi aktivitas antioksidan sebesar tiga kali jika dibandingkan dengan ekstrak
etanol daun sablo
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1540]