Keanekaragaman Serangga Hama Kopi pada Dua Tipe Penaung Dalam Sistem Agroforestri Berbasis Kopi di Desa Pace Kabupaten Jember
Abstract
Desa Pace, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember memiliki potensi yang
sangat besar dalam pengembangan kopi dengan total produksi pada tahun 2021
sebesar 8.901,6 ton. Tanaman kopi merupakan tanaman perdu C3 sehingga dalam
proses fotosintesis memerlukan intensitas cahaya tidak penuh. Sebagian besar
petani kopi di Desa Pace menanam pohon sebagai penaung berupa pohon Sengon
dan Lamtoro. Penurunan produksi kopi dapat disebabkan oleh serangan hama yang
menyerang tanaman kopi. Serangga hama yang menyerang tanaman kopi seperti
Penggerek buah kopi, Kutu putih, dan Penggerek batang kopi. Hama penggerek
buah kopi menyerang buah kopi dengan menggerek buah hingga berlubang, akibat
serangan hama PBKo dapat menunjukkan persentasi gejala sebesar 86%. Kutu
putih merupakan hama yang merusak kopi dengan cara menghisap cairan, bagian
yang terserang akan kering berakhir mengalami kematian. Hama penggerek batang
kopi menyerang batang dengan menggerek menuju empulur atau xylem ditandai
dengan bekas gerekan berupa serpihan jaringan yang bercampur kotoran pada
bagian permukaan lubang.
Keberadaan pohon penaung dapat mempengaruhi kondisi iklim mikro yang
mendukung perkembangan hama seperti suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya
yang diterima. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi fisik kedua
jenis naungan seperti ukuran daun dan kanopi berpengaruh terhadap cahaya yang
diterima oleh tanaman kopi. Namun, penelitian mengenai keanekaragaman
serangga hama kopi pada dua tipe penaung dalam sistem agroforestri berbasis kopi
masih sangat minim dilakukan di Jember. Oleh karena itu, penting dilakukan
penelitian tentang keanekaragaman serangga hama kopi pada dua tipe penaung
dalam sistem agroforestri berbasis kopi di Desa Pace Kabupaten Jember.
Penelitian dilakukan di dua tempat dengan dua tipe penaung yang berbeda
yaitu penaung Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Lamtoro (Leucaena
leucocephala). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
menggunakan yellow pan trap, perangkap botol atraktan, dan mengamati serangga
hama secara langsung pada lahan pengamatan. Pemasangan perangkap diletakkan secara sistematik yakni dengan sistem diagonal untuk memastikan distibusi merata
dan merepresentatif dari keanekaragaman serangga hama kopi yang ada di lahan
tersebut. Kriteria tanaman kopi yang dapat dijadikan titik sampel adalah 1) tanaman
kopi memiliki buah produktif, 2) kedua tipe lahan memiliki jenis kopi yang sama.
Sampel yang telah terkumpul akan diidentifikasi hingga tingkat famili dan
ditabulasikan menggunakan Microsoft Excel. Analisis data yang digunakan adalah
Indeks Nilai Penting, Indeks Keanekaragaman Jenis Shanon Wienner (H’), Indeks
Kemerataan Jenis Evennes (E), Indeks Kekayaan Jenis Margalef (Dmg), Indeks
Bray-Curtis, Uji Shapiro Wilk Normality, T-Test, dan Analisis Korelasi FisikLingkungan.
Serangga hama yang ditemukan pada dua lahan pengamatan agroforestri
kopi yaitu 15 famili dengan total individu sebanyak 454. Keanekaragaman serangga
hama sebanyak 13 famili 243 individu pada naungan Sengon dan 9 famili 211
individu pada naungan Lamtoro. Scolytidae merupakan famili serangga hama
penting yang paling banyak ditemukan pada kedua lokasi. Tingginya populasi
serangga hama dapat disebabkan faktor sumber makanan yang tersedia, ketinggian
tempat dan teknik budidaya yang dilakukan petani.
Hasil uji t-test serangga hama pada agroforestri kopi dengan naungan
Sengon dan Lamtoro tidak berbeda secara signifikan (p value > 0,05). Hal tersebut
menunjukkan perbedaan jenis penaung tidak cukup kuat untuk membedakan
serangga hama antar lokasi. Hasil analisis Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada
lahan naungan Sengon adalah Pseudococcidae sebesar 90,00% (PL), Flatidae
sebesar 47,37% (YPT), dan Scolytidae sebesar 74,04% (BA). Nilai INP tertinggi
pada lahan naungan lamtoro pada seluruh metode pengambilan adalah famili
Scolytidae sebesar 87,50% (PL), 53,20% (YPT), dan 111,36% (BA). Hasil indeks
ekologi menunjukkan indeks keanekaragaman pada kategori rendah hingga sedang,
indeks kemerataan pada kategori sedang hingga tinggi, dan indeks kekayaan pada
kategori rendah.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4425]