Evaluasi Potensi Banjir DAS Bedadung Kabupaten Jember Berdasarkan Data Remote Sensing
Abstract
DAS Bedadung adalah kawasan yang sering mengalami banjir akibat
perubahan penggunaan lahan dan kondisi geografisnya. Perubahan tutupan lahan
yang signifikan, seperti alih fungsi hutan menjadi area pemukiman dan pertanian,
berdampak pada peningkatan risiko banjir. Evaluasi terbaru menunjukkan kondisi
DAS di Kabupaten Jember sudah mengalami kerusakan sejak tahun 1999, yang
berpotensi menyebabkan bencana alam seperti tanah longsor, erosi, dan banjir
dengan dampak yang serius bagi masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis potensi banjir di DAS Bedadung dari tahun 2014 hingga 2023
dengan menggunakan data jenis tanah, data ketinggian lahan, data kemiringan
lereng, data penggunaan dan tutupan lahan, serta data curah hujan tahun 2014-2023.
Penelitian tingkat kerawanan banjir di wilayah DAS Bedadung melalui
beberapa tahapan pemrosesan data. Proses ini melibatkan penentuan skor dan bobot
untuk berbagai parameter yang mempengaruhi kerawanan banjir, yaitu curah hujan
2014-2023, data citra satelit Landsat 8 dengan metode klasifikasi Random Forest
untuk penggunaan dan penutupan lahan (LULC) 2014-2023, kemiringan lereng,
elevasi, dan jenis tanah. Hasil dari skor dan bobot kemudian dilakuakan klasifikasi
tingkat kerawanan banjir.
Hasil mengenai kerawanan banjir DAS Bedadung dapat diketahui bahwa
banjir dari tahun 2014 hingga 2023 menunjukkan variasi yang signifikan dalam
distribusi risiko. Kelas aman mengalami fluktuasi besar, dengan nilai terendah 7,46
km² pada 2016 dan 2017, meningkat tajam menjadi 253,76 km² pada 2015, sebelum
turun kembali dan akhirnya mencapai 17,00 km² pada 2023. Kelas cukup rawan
menunjukkan pola yang relatif stabil, meningkat dari 347,33 km² pada 2014
menjadi puncaknya 366,06 km² pada 2015, kemudian mengalami penurunan hingga
192,75 km² pada 2021, dan kembali meningkat menjadi 346,00 km² pada 2023.
Kelas rawan menunjukkan kecenderungan meningkat secara konsisten, dari 553,03
km² pada 2014 hingga mencapai puncaknya 656,97 km² pada 2019, sebelum
menurun menjadi 324,48 km² pada 2022, dan meningkat kembali menjadi 576,00 km² pada 2023. Hasil untuk kelas sangat rawan memiliki fluktuasi besar, dengan
nilai tertinggi 676,86 km² pada 2022.
DAS Bedadung termasuk dalam kategori sangat rawan dan rawan terhadap
banjir berdasarkan dari hasil pengolahan data 2014 hingga 2023, dengan sebagian
besar wilayah menunjukkan tingkat kerawanan tinggi akibat curah hujan yang
tinggi. Curah hujan rendah (<1500 mm) berhubungan positif dengan kondisi aman
hingga rawan, sementara curah hujan sangat tinggi (>3000 mm) secara signifikan
meningkatkan risiko banjir, terutama di wilayah sangat rawan. Pada Januari 2022,
genangan banjir menunjukkan korelasi kuat dengan tingkat kerawanan, di mana
wilayah sangat rawan mencakup 70,51% dari total genangan. Ini menunjukkan
perlunya langkah-langkah mitigasi seperti pengelolaan tata guna lahan,
infrastruktur drainase yang efektif, dan sistem peringatan dini untuk mengurangi
risiko banjir di DAS Bedadung.
Collections
- MT-Mathematic [101]