Hubungan Karakteristik Demografi dan Kesepian dengan Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kabupaten Jember
Abstract
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa secara global
10% - 20% lansia mengalami depresi. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan
prevalensi depresi di Indonesia tertinggi pada lansia sebesar 23,4%. Kabupaten
Jember menyumbang 5,9% depresi pada lansia di tahun 2022. Depresi sering
dialami oleh lansia karena adanya proses penuaan. Akibat dari proses penuaan ini,
lansia akan mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis. Di samping itu,
perubahan lingkungan sosial lansia seperti ketiadaan saudara, kehilangan keluarga,
serta ketidakmampuan untuk mengikuti kegiatan masyarakat menyebabkan lansia
menjadi lebih rentan mengalami gangguan depresi. Depresi pada lansia dapat
mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar lansia, menggangu kualitas tidur lansia,
serta menurunkan kualitas hidup lansia. Depresi juga dapat memperparah penyakit
yang dideritanya, muncul rasa kehilangan harga diri, dan keinginan untuk bunuh
diri. Depresi pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi karakteristik
demografi berupa usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, stress
sosial dan kesepian. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan
karakteristik demografi dan kesepian dengan depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Kabupaten Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan
menggunakan desain cross sectional. Tempat penelitian dilakukan di Unit
Pelaksanaan Teknis Panti Sosial Tresna Werdha (UPT PSTW) Kabupaten Jember.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random
sampling dengan populasi lansia yang memiliki kriteria tidak dimensia, tidak
mengalami gangguan pendengaran dan komunikasi, serta tidak dalam gangguan
psikis dan ODGJ sebesar 105 lansia. Selanjutnya sampel diperoleh melalui
perhitungan rumus Lomeshow dan didapatkan 82 sampel. Variabel terikat dalam
ix
penelitian ini adalah depresi dan variabel bebasnya adalah karakteristik demografi
(usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan) dan kesepian. Teknik
pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner kesepian yaitu de Jong
Gierveld Loneliness Scale 11 (DJGLS-11) dan kuesioner depresi yaitu Geriatric
Depression Scale (GDS-15). Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat
menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square
dan fisher’s exact test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di PSTW
Kabupaten Jember sebagian besar berusia ≥ 70 tahun sebanyak 52 (63,40%),
berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 (65,90%), dengan status tidak menikah,
janda/duda sebanyak 76 (92,70%), dan berpendidikan dasar sebanyak 79 (96,30%).
Ditemukan juga presentase tertinggi pada lansia dengan kesepian sebanyak 66
(80,50%) dan depresi sebanyak 62 (75,60%). Hasil analisis bivariat didapatkan 2
variabel yang memiliki hubungan dengan depresi pada lansia. Variabel yang
berhubungan depresi yaitu status perkawinan (OR = 7,50, CI 95%:1,25 - 44,68, p value = 0,012) dan kesepian (OR = 70,00, CI 95%: 12,75 - 384,23, p-value <
0,001). Sedangkan pada variabel yang tidak berhubungan dengan depresi pada
lansia yaitu usia (OR = 1,59, CI 95%:0,57 - 4,45, p-value = 0,369), jenis kelamin
(OR = 2,44, CI 95%:0,86 - 6,87, p-value = 0,086), dan tingkat pendidikan (OR =
6,77, CI 95%:0,58 - 79,12, p-value = 0,082).
Tingginya kejadian depresi menunjukkan perlu adanya perhatian lebih.
Faktor status perkawinan dan kesepian ditemukan berkontribusi secara signifikan
terhadap depresi pada lansia. Maka dari itu, perlu dilakukan pengembangan materi
penyuluhan dengan pemberian informasi dan edukasi, serta pelatihan bagi perawat
maupun petugas panti terkait keperawatan jiwa, selalu berkomunikasi dengan
lansia, dan menambah jadwal kegiatan bagi lansia. Diharapkan kepada keluarga
lansia untuk banyak melakukan kunjungan secara rutin seperti memberikan
perhatian, melakukan kunjungan, dan saling melibatkan dalam urusan keluarga.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2283]