Pengaruh Penggunaan Mikroorganisme Lokal (MOL) Cairan Rumen terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Sorgum Terfermentasi
Abstract
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produksi ternak.
Pakan harus memenuhi kualitas dan kuantitas yang baik dalam menunjang
pertumbuhan dan pertumbuhan ternak. Permasalahan yang sering terjadi pada
peternak ialah kurangnya kesediaan pakan saat musim kemarau, peternak yang
berada didaerah kering juga mengalami hal serupa, untuk itu diperlukannya sebuah
teknologi pakan fermentasi agar peternak memiliki pengetahuan serta skill dalam
pembuatan silase. Starter yang digunakan pada penelitian berasal dari limbah rumen
ternak. Cairan rumen mengandung banyak mikroba yang dapat mensintesis enzim
untuk mendegradasi selulosa. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh
fermentasi pakan menggunakan cairan mikroba rumen sapi dan domba terhadap
kualitas fisik dan organoleptik sorgum terfermentasi. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Februari 2023 sampai Juli 2023. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 4 kali ulangan dengan total terdapat 16 unit
percobaan. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari P0 (Sorgum 87% + dedak padi
10% + molases 3% + EM4 0,45%); P1 (Sorgum 87% + dedak padi 10% + molases
3% + MOL cairan rumen sapi 0,45%); P2 (Sorgum 87% + dedak padi 10% + molases
3% + MOL cairan rumen domba 0,45%); P3 (Sorgum 87% + dedak padi 10% +
molases 3% + MOL cairan rumen sapi dan domba 0,45% (perbandingan 1:1).
Parameter yang diamati meliputi nilai pH, suhu, keberadaan jamur, dan organoleptik.
Fermentasi dilakukan selama 14 hari. Pengukuran suhu dilakuakan setiap malam hari
pada jam 22.00 WIB, hasil yang diperoleh pada penelitian ini dihitung menggunakan
ANOVA (P>0,05). Pengukuran nilai pH dan keberadaan jamur dilakukan pada minggu ke 0, 1, 2 dengan hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan deskriptif
kualitatif. Uji organoleptik dilakukan pada hasil akhir fermentasi menggunakan tabel
skor, hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan Kruskal Wallis jika terdapat
perbedaan nyata maka dilanjut dengan uji Mann-Whitney. Penelitian ini
menghasilkan rataan suhu tertinggi berkisar 29-30oC terjadi pada hari ke-8 hingga
hari ke-11. Pengaruh terbentuknya faktor suhu pada fermentasi ialah aktivitas
mikroorganisme yang tinggi sehingga menekan temperatur. Nilai pH akhir berkisar 4-
4,5. Diketahui bahwa semua perlakuan mengalami penurunan pH pada minggu ke-1
dan ke-2. Faktor yang mempengaruhi pH antara lain ialah proses ensilase oleh bakteri
asam laktat sehingga menimbulkan kondisi asam. Perbedaan yang terjadi pada setiap
perlakuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya banyaknya jenis
mikroorganisme dalam MOL cairan rumen seperti yeast atau jamur. Organoleptik
dengan indikator aroma, warna, dan tekstur pada penggunaan MOL cairan rumen ini
menghasilkan perbedaan nyata pada indikator warna dan tekstur. Perbedaan ini
terjadi dikarenakan berbedanya jumlah mikroorganisme yang tekandung dalam starter
mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan mempengaruhi hasil organoleptik. Pada
penilitian ini dapat disimpulkan bahwa semua perlakuan tidak memiliki perbedaan
yang nyata pada kualitas fisik (suhu, pH, Keberadaan Jamur) sedangkan pada uji
organoleptik menunjukkan perbedaan nyata pada indikator warna dan tekstur dengan
perlakuan terbaik pada P1 (fermentasi menggunakan mol cairan rumen sapi).
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4334]