Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Resiliensi Orang Tua pada Anak Penderita Tuberkulosis Paru
Abstract
Tuberkulosis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (MTb). Pengobatan TB anak bukanlah pengobatan
yang mudah dan membutuhkan waktu sekitar 6-8 bulan. Perawatan jangka
panjang ini dapat menimbulkan dampak negatif secara fisik, ekonomi, psikologis,
dan sosial bagi orang tua. Permasalahan tersebut menjadikan orang tua dengan
anak penderita TB paru harus memiliki kemampuan untuk bertahan dan
mengahadapi kondisi yang sulit yang disebut dengan resiliensi atau ketahanan.
Resiliensi diperlukan orang tua untuk mengontrol emosi negatif yang mungkin
muncul selama merawat anak dengan TB paru, sehingga dibutuhkan bantuan dari
orang lain dalam bentuk dukungan untuk melewati kesulitan yang dihadapi.
Dukungan yang diberikan oleh orang lain yang dapat diandalkan pada saat
dibutuhkan sebagai bantuan untuk menghadapi masalah disebut dengan dukungan
sosial. Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh anak dengan TB Paru di
Kabupaten Jember yang diambil dari 9 Puskesmas dengan jumlah kasus TB Paru
anak tertinggi dengan jumlah 53 sampel menggunakan teknik total sampling
dengan tetap memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dukungan sosial menggunakan
The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan kuesioner
tingkat resiliensi menggunakan The Connor-Davidson Resilience scale (CDRISC). Analisis data pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis
bivariat menggunakan uji Spearman’s rho Correlation karena kedua skala
variabel berbentuk ordinal. Hasil analisis menunjukkan mayoritas responden adalah kelompok dewasa
awal dengan rentang usia 19-40 yakni sebanyak 39 (73,6%), jenis kelamin orang tua mayoritas adalah perempuan sebanyak 46 orang (85,2%). Pendidikan terakhir
orang tua sebanyak 21 orang (35,8%) berada di tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA/MAN). Mayoritas responden sebanyak 40 orang (75,5%) berprofesi
sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan sebanyak 32 orang (60,4%) memiliki
pendapatan keluarga <2.665.392 rupiah. Hasil variabel dukungan sosial yang
diterima orang tua pada anak penderita TB paru menunjukkan sebagian besar
adalah tinggi dengan jumlah 37 responden (69,8%). Hasil variabel tingkat
resiliensi orang tua pada anak penderita TB paru menunjukkan mayoritas tinggi
dengan jumlah 45 responden (84,9%). Hasil analisis bivariat menggunakan uji
Spearman’s rho Correlation didapatkan p-value sebesar 0,02 dimana p-value < ⍺
(0,02 < 0,05) sehingga Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara
dukungan sosial dengan tingkat resiliensi orang tua pada anak penderita TB paru. Resiliensi orang tua yang tinggi tidak lepas dari pengaruh dukungan sosial
yang diterima dari keluarga, teman, pasangan, ataupun lingkungan sekitarnya.
Individu yang menerima dukungan sosial cenderung lebih mampu mengelola stres
yang dihadapinya, dan kesehatan fisiknya menjadi lebih baik. Dukungan sosial
adalah sumber daya yang membantu seseorang merasa dicintai, dihargai, dan
memiliki tempat bergantung saat menghadapi stres atau kesulitan. Hubungan
antara dukungan sosial dan resiliensi berperan dalam membangun serta
mempertahankan sikap positif dalam diri seseorang. Tingginya dukungan sosial
yang diterima berpengaruh pada tingginya tingkat resiliensi orang tua begitu juga
sebaliknya jika dukungan sosial yang diterima rendah maka resiliensi akan
rendah. Saat mengalami trauma, dukungan sosial berfungsi untuk mengurangi
stres psikologis dan membantu individu bangkit dari peristiwa yang mengancam
serta mengakhiri situasi tersebut. Oleh karena itu dukungan sosial menjadi salah
satu faktor penting bagi setiap individu untuk menjadi pribadi yang resilien
sehingga dapat terhindar dari keterpurukan
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1554]