Show simple item record

dc.contributor.authorRAMADHANI, Annisa Nurlaela
dc.date.accessioned2025-02-05T07:39:19Z
dc.date.available2025-02-05T07:39:19Z
dc.date.issued2025-02-03
dc.identifier.nim201710101101en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/125192
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 5 Februari 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractKerusakan daging sapi merupakan salah satu tantangan besar dalam industri pangan, terutama karena daging sapi mudah mengalami perubahan kualitas akibat aktivitas mikroba dan degradasi kimia. Kerusakan ini dapat menurunkan nilai gizi, keamanan pangan, serta daya tarik konsumen. Metode konvensional untuk mendeteksi kerusakan daging seperti uji mikrobiologis atau kimia seringkali memerlukan waktu yang lama dan peralatan laboratorium yang kompleks. Oleh karena itu, diperlukan teknologi yang cepat, akurat, dan non-destruktif untuk mendeteksi kerusakan daging daging sapi. Dalam hal ini, electronic nose berbasis sensor TGS2600 menjadi alternatif yang menjanjikan. Teknologi ini mampu mendeteksi senyawa volatil yang dihasilkan oleh daging sapi selama penyimpanan, yang dapat digunakan sebagai indikator awal kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan suhu terbaik untuk proses sensing aroma daging sapi segar dan mengetahui perbedaan profil aroma kerusakan daging sapi yang diberi perlakuan beku, blansing, dan radiasi sinar UV menggunakan PCA (Principal Component Analysis). Penelitian ini menggunakan dua tahap penelitian yaitu penentuan suhu terbaik sensing daging sapi segar menggunakan suhu (40, 55, 70, 85, 100)oC dan sampel daging sapi dibagi menjadi empat kelompok: tanpa perlakuan (kontrol), beku, blansing, dan radiasi sinar UV, kemudian disimpan pada suhu ruang dan diamati pada interval waktu (0, 4, 8, 12, dan 16 jam). Analisis yang dilakukan meliputi pola deteksi aroma electronic nose, grafik polinomial dan grafik jaring laba laba menggunakan Microsoft Excel 2021. Selanjutnya, data akan diolah menggunakan PCA pada software Unscramble X.2 secara deskriptif untuk membedakan pola kerusakan dari masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola deteksi electronic nose terdiri atas tiga proses yaitu flushing, sensing, dan cleaning. Flushing adalah proses deteksi ketika kondisi udara bebas tanpa sampel. Sensing adalah proses deteksi komponen volatil pada sampel. Cleaning adalah proses pembersihan udara ketika sampel dikeluarkan dari ruang sensor. Suhu pemanasan terbaik untuk proses sensing daging sapi segar berdasarkan hasil penelitian adalah 70oC. Berdasarkan hasil analisis PCA, profil aroma kerusakan daging sapi segar, beku, blansing, dan radiasi sinar UV dapat dibedakan pada 12 jam, dimana titik-titik daging sapi beku, blansing, dan radiasi sinar UV semakin mendekati daging sapi segar (kontrol). Hasil ini menunjukkan bahwa electronic nose berbasis sensor TGS2600 mampu membedakan kerusakan daging sapi dengan nilai signifikansi 100%.en_US
dc.description.sponsorshipPembimbing Utama : Ahmad Nafi', S.TP., M.P. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sih Yuwanti, M.P.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Teknologi Pertanianen_US
dc.subjectDeteksi Kerusakan Daging Sapien_US
dc.subjectE-Nose Berbasis Sensor TGS2600en_US
dc.subjectSinar UVen_US
dc.titleDeteksi Kerusakan Daging Sapi Menggunakan E-Nose Berbasis Sensor TGS2600: Kajian Perlakuan Beku, Blansing, dan Radiasi Sinar UVen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiTeknologi Hasil Pertanianen_US
dc.identifier.pembimbing1Ahmad Nafi', S.TP., M.P.en_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. Ir. Sih Yuwanti, M.Pen_US
dc.identifier.validatorKacung- 5 Februari 2025en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record