FoMo dan Konsumsi Simbolik Mahasiswa Universitas Jember dalam Mengikuti Perkembangan Fashion
Abstract
Saat ini fashion bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan pakaian, tetapi menjadi 
alat komunikasi dalam mempresentasikan identitas sosial. Oleh karena itu, tidak 
jarang bagi sebagian orang, termasuk mahasiswa merasa FoMo terhadap fashion
yang menjadikan mereka merasa untuk dapat terus merasakan pengalaman yang 
sama dengan orang lain, sehingga perasaan FoMo tersebut akhirnya mendorong 
konsumsi simbolik mahasiswa Universitas Jember terhadap tren fashion. Landasan 
Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Masyarakat Konsumsi 
milik Jean Baudrillard. Metode penelitian yang dipilih adalah metode kualitatif 
dengan pendekatan critical thinking. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 
mahasiswa Universitas Jember mengalami FOMO karena media sosial, dengan 
terus melihat konten fashion di Instagram dan TikTok, serta karena lingkungan 
sekitar mereka. FoMo menjadi pendorong mahasiswa untuk dapat terus mengikuti 
tren fashion baru seperti "cewek bumi," "cewek mamba," dan "cewek kue" sebagai 
upaya untuk mempertahankan citra diri mereka di lingkungan sosial. Selain itu, 
kepemilikan barang fashion bermerek mahasiswa Universitas Jember seperti 
kerudung Lafiyee atau tas Holdrey digunakan sebagai simbol status sosial dan 
identitas. Konsumsi ini lebih didasarkan pada nilai tanda daripada nilai guna, 
mencerminkan simulasi yang diciptakan oleh media sosial. konsumsi simbolik ini 
dilakukan karena adanya kebutuhan untuk menciptakan dan mempertankan citra 
sosial mahasiswa melalui barang ber merek dan tren fashion.