Show simple item record

dc.contributor.authorLAKSONO, Bagus Rizky
dc.date.accessioned2024-10-14T01:52:07Z
dc.date.available2024-10-14T01:52:07Z
dc.date.issued2024-10-06
dc.identifier.nim181510601123en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/124411
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 14 Oktober 2024_Kurnadien_US
dc.description.abstractSektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor pertanian, yaitu sektor perkebunan, pangan, peternakan dan perikanan. Salah satu sektor pertanian yang memiliki potensi di Indonesia adalah sektor pekebunan. Salah satu sub sektor pekebunan adalah perkebunan tebu. Permintaan terhadap gula terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan juga pertumbuhan industri makanan dan minuman di dalam negeri. Demi untuk meningkatkankan produksi gula nasional, pemerintah mewujudkan swasembada gula yaitu dengan cara perluasan areal tanam dan produktivitas, serta rehabilitasi, peningkatan kapasitas giling, peningkatan efesiensi pabrik, dan peningkatan kualitas gula pada Pabrik Gula milik negara khususnya di provinsi Jawa Timur yang menjadi swasembada gula nasional. Desa Kunjang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri yang berpotensi besar akan usahatani tebunya. Desa kunjang Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani tebu. Luas areal tanaman tebu Desa Kunjang berdasarkan badan pusat statistic (BPS) tahun 2021 yakni sebesar 220 ha yang terdiri dari lahan sawah, tegal dan pekarangan. Sebagian besar luasan lahan pertanian tersebut dipergunakan untuk berbudidaya tebu. Salah satu permasalahan utama pada sub-sistem agribisnis hulu yaitu kesulitan dalam usaha pengondisian lahan yang kurang subur hal tersebut karena kandungan tanah dan unsur hara tanaman yang mulai berubah dengan adanya penambahan sarana produksi berupa bahan anorganik seperti pupuk maupun pestisida yang tidak diiringi dengan pengolah nutrisi yaitu mikroba, akibatnya terjadi perubahan kondisi lahan secara kimia, fisik, biologi tanah. Menurut Soemarno (2011) Input dalam usahatani tebu rakyat secara umum terdiri dari lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Biaya usahatani untuk tenaga kerja bisa mencapai lebih dari 40 persen, artinya usahatani tebu lebih bersifat padat karya dibandingkan dengan pada modal, sedangkan proporsi biaya untuk input lain bervariasi antar daerah. Faktor-faktor produksi di dalam pertanian lebih berhubungan dengan sumber daya seperti tanah, tenaga kerja dan modal, faktor pendukung antara lain seperti bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat produksi yang mampu menunjang produksi. Kegiatan penyelenggaraan usahatani tebu setiap petani berusaha agar hasil panennya berlimpah, dalam hal ini tampak bahwa petani mengadakan perhitungan-perhitungan ekonomi dan keuangan walaupun tidak secara tertulis. Seperti yang dilakukan para petani Di Desa Kunjang Kabupaten Kediri yang sebagian besar adalah petani tebu, mereka juga sering menganalisis tentang pendapatan keuntungan usahataniya apakah rugi atau untung berapa selama panennya. Penelitian ini menganalisis pendapatan usahatani tebu dengan study budidaya tanaman tebu keprasan ke-3 dan arus biaya pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani tebu. Sehingga dengan penelitian ini pendapatan usahatani yang diperoleh dapat diketahui, kelayakan dan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani tebu di Desa Kunjang Kabupaten Kediri serta menganalisis kelayakan budidaya usahatebu keprasan ke-3 terhadap pendapatan uasahatani tebu di Desa Kunjang Kabupaten Kediri Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pendapatan rata-rata per hektar pada penjualan hasil usahatani tebu ke pabrik dan penjualan hasil usatani ke pok-pokan memiliki perbedaan. Pendapatan petani yang menjual hasil usahataninya ke pabrik yaitu Rp. 23.975.144/Ha sedangkan pendapatan petani yang menjual hasil usahataninya ke pok-pokan yaitu Rp. 22.110.000/Ha. Pendapatan petani yang menjual hasil usahataninya ke pabrik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani yang menjual hasil usahataninya ke pok pokan. Hasil analisis R/C Ratio menunjukkan bahwa penjualan hasil usahatani tebu ke pabrik dan ke pok-pokan sudah efisien karena diperoleh nilai lebih dari satu. Nilai R/C Ratio penjualan ke pabrik yakni 1,39 sedangkan nilai R/C Ratio penjualan ke pok-pokan yakni 1,45. Hasil analisis B/C Ratio menunjukan bahwa B/C ratio penjualan ke pabrik diperoleh nilai 0,36 dan nilai B/C ratio penjualan ke pok-pokan diperoleh nilai 0,41. Apabila nilai B/C Rasio yang didapatkan dalam perhitungan lebih besar dari 0 (nol), B/C Rasio > 0 (bernilai positif). Maka dapat menginterpretasikan bahwa, usahatani layak untuk dijalankan.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Skripsi : Agus Supriono, S.P., M.Sien_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Pertanianen_US
dc.subjectKabupaten Kedirien_US
dc.subjectTanaman Tebuen_US
dc.titleAnalisis Pendapatan, Efesisensi dan Kelayakan Usahatani Tebu yang Menjual Lepas ke Lembaga Pengepul (Pok-Pokan) dan Pabrik Gula, di Desa Kunjang Kabupaten Kedirien_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiAgribisnisen_US
dc.identifier.pembimbing1Agus Supriono, S.P., M.Sien_US
dc.identifier.validatorKacung- 4 Oktober 2024en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record