Peranan Kelompok Muslimat sebagai Community Healing terhadap Korban Banjir di Desa Dringu Probolinggo
Abstract
Pada tahun 2021 di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo pernah
terjadi bencana banjir bandang. Berdasarkan data dari Kecamatan Dringu Kabupaten
Probolinggo, bencana banjir yang terjadi di Desa Dringu tersebut mengakibatkan 901 KK yang
terdampak dengan jumlah jiwa sebanyak 2.614 jiwa. Dengan rincian 201 KK di Dusun Krajan
dengan 613 jiwa yang terdampak, 246 KK di Dusun Satriya dengan 663 jiwa yang terdampak,
Dusun Gande’an sebanyak 304 KK dengan jumlah 856 jiwa, kemudian di Dusun Ngemplak
sebanyak 150 KK dengan jumlah 482 jiwa yang terdampak banjir. Dampak yang dirasakan
masyarakat seperti: kehilangan harta benda, rumah rusak, dampak kesehatan, pertanian rusak
akibat lumpur yang dibawa oleh arus banjir dan lain sebagainya. Desa Dringu merupakan
daerah yang terparah akibat bencana banjir. Hal ini dikarenakan Desa Dringu adalah desa yang
berbatasan langsung dengan sungai Kedunggaleng yang merupakan sumber terjadinya banjir
bandang, sehingga Desa Dringu sendiri berada dalam daerah rawan terjadinya bencana.
Dalam ranah bencana tersebut, masyarakat Desa Dringu khususnya kaum perempuan
memunculkan kegiatan sosial yakni dengan berpartisipasi dalam organisasi keIslaman salah
satunya Kelompok Muslimat. Kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh kaum perempuan yang
ada di Desa Dringu sendiri menjadi salah satu upaya mengurangi resiko bencana yakni dengan
keikutsertaannya didalam dua, tiga bahkan lebih Kelompok Muslimat yang berbeda. Hal ini
tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang masih tradisional dan modal sosial yang dimiliki
masyarakat di Desa Dringu. Berdasarkan realitas sosial yang ada di Desa Dringu, maka
diperlukan cara dalam menganalisis kegiatan masyarakat Desa Dringu dalam Kelompok
Muslimat terutama perannya dalam melakukan upaya Healing terhadap korban pasca bencana
banjir.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan Modal Sosial
sebagai landasan teori sekaligus pendekatan yang digunakan. Penelitian dilaksanakan dengan
terjun langsung ke lokasi penelitian. Sedangkan dalam proses pengumpulan data dilakukan
dengan tiga tahapan: pertama menggunakan teknik observasi, hal ini dilakukan untuk dapat
mengetahui berbagai aktivitas dan interaksi dalam kegiatan Kelompok Muslimat. Kedua
menggunakan teknik wawancara, melalui teknik ini peneliti dapat mengetahui biografi,
kehidupan, bencana banjir dan peran Kelompok Muslimat pasca bencana. Ketiga
menggunakan teknik dokumentasi, melalui teknik ini peneliti dapat mengumpulkan bukti-bukti diadakannya penelitian seperti: hasil foto, rekaman, penelitian-penelitian terdahulu serta bukubuku yang berkaitan dengan masalah yang menjadi kajian dalam penelitian sehingga dengan
menggunakan teknik ini dapat menguatkan hasil penelitian yang dilakukan.
Dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut dapat diketahui peran yang dimiliki
oleh Kelompok Muslimat dalam melakukan upaya Healing terhadap korban banjir di Desa
Dringu yang berbasis komunitas. Tentunya hal tersebut terjadi tidak terlepas dari kondisi
lingkungan masyarakat dan modal sosial yang dimiliki. Dapat diketahui masyarakat Desa
Dringu berada dalam ranah bencana, hal ini dikarenakan Desa Dringu merupakan daerah rawan
bencana. Kondisi lingkungan dan masyarakat yang masih tradisional menjadikan mereka
memiliki dasar keyakinan yang kuat pada agama hal tersebut diperkuat dengan melihat
keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan Kelompok Muslimat. Pasca bencana langkah awal
yang dilakukan sebagai proses upaya pengurangan resiko bencana dengan membentuk kembali
kelompok-kelompok sosial yang memang rutin diadakan di Desa Dringu seperti Kelompok
Muslimat. Keberadaan Kelompok Muslimat pasca bencana mampu menjadi media Healing
bagi korban selain itu bisa menjadi modal sosial yang berpotensi khususnya bagi Desa Dringu
yang menjadi daerah rawan bencana.
Modal sosial yang dimiliki masyarakat Desa Dringu melalui kelompok tersebut ialah
adanya jaringan, hubungan ketetanggaan, kerabat dan teman. Selain itu Kelompok Muslimat
juga memiliki modal sosial yang mampu menjadi Bonding, Bridging, dan Lingking Social
Capital. Modal sosial yang dimiliki oleh kelompok ini mampu berperan penting khususnya
pasca bencana yang terjadi dimana keberadaan mereka sangat berperan dalam tahapan
pemulihan pasca bencana, tahapan tanggap darurat bencana, kemudian juga berperan dalam
tahapan mitigasi/preparedness. Peranan penting yang dimiliki oleh komunitas tersebut bisa
diperoleh oleh para korban bencana banjir di Desa dringu melalui kegiatan-kegiatan yang
diadakan pasca bencana, kegiatan tersebut direncanakan dan dilaksanakan oleh komunitas
untuk mengurangi resiko bencana sekaligus sebagai upaya Healing terhadap korban banjir di
Desa Dringu.