Potensi Tanaman Cabai Rawit sebagai Hiperakumulator Logam Berat Cu dan Zn dengan Pengaplikasian Pupuk Organik
Abstract
Lahan terdegradasi merupakan persoalan besar yang tengah dihadapi
Indonesia maupun dunia. Salah satu penyebabnya adalah pencemaran tanah oleh
logam berat yang konsentrasinya melebihi ambang batas yang kemudian dapat
menjadikan lahan tidak produktif dan berbahaya bagi manusia karena bersifat
karsinogenik dan cenderung akumulatif dalam tubuh manusia. Penggunaan pupuk
organik dapat dijadikan solusi untuk mengembalikan kondisi tanah dan pemulihan
tanah akibat pencemaran logam berat. Selain itu, menggunakan tanaman
hiperakumulator juga dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar logam berat
dalam tanah. Tanaman cabai rawit dianggap sebagai salah satu tanaman yang
berpotensi menjadi hiperakumulator dan tahan terhadap cekaman logam berat Cu
dan Zn. Pupuk organik yang digunakan dalam pertanaman cabai rawit ini
merupakan pupuk dari campuran kotoran ayam, limbah ikan, serta biochar, dimana
kedua kombinasi pupuk organik dalam pertanaman cabai rawit diharapkan dapat
menurunkan kandungan logam berat dalam tanah. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui potensi tanaman cabai rawit sebagai hiperakumulator dan pengaruh
penggunaan pupuk organik dalam menurunkan logam berat Cu dan Zn dalam tanah.
Penelitian ini dilakukan pada bulan bulan Agustus 2021 sampai dengan
Desember 2022. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan
Laboratorium Biologi Tanah dan greenhouse Program Studi Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Jember. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan 3 ulangan. Variabel pengamatan meliputi
pH, KTK, C-organik, N tanah, konsentrasi akhir logam berat Cu dan Zn, total
mikroorganisme tanah, dan variabel pertumbuhan tanaman. Data hasil pengamatan
akan dianalisis secara statistika dengan uji ANOVA dan apabila berpengaruh nyata
dilanjutkan dengan Uji DMRT taraf 5% serta dilakukan perhitungan BAF untuk
mengetahui potensi cabai rawit sebagai tanaman hiperakumulator.
Hasil menunjukkan bahwa nilai BAF tanaman cabai rawit < 1 baik untuk
logam berat Cu maupun Zn serta tingkat toleransi tanaman cabai rawit terhadap
logam berat Cu dan Zn masih rendah, ditunjukkan dengan pertumbuhan yang
terhambat selama 40 HST. Dosis tertinggi pupuk organik (4000 g/10 kg tanah) yaitu
pada perlakuan CuP3 mampu menurunkan konsentrasi logam berat Cu dalam tanah
hingga mencapai 98,47%. Dosis terendah pupuk organik (200 g/10 kg tanah) yaitu
pada perlakuan ZnP1 mampu menurunkan konsentrasi logam berat Zn dalam tanah
hingga 96,28%. Pengaplikasian pupuk organik campuran kotoran ayam, limbah
ikan, dan biochar dalam pertanaman cabai rawit mampu menurunkan konsentrasi
logam berat Cu dan Zn dalam tanah.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4245]