Asuhan Keperawatan dengan Kekurangan Volume Cairan pada Pasien Hematesis Melena di IGD RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
Abstract
Hematemesis melena merupakan suatu kondisi dimana klien mengalami
muntah darah yang diserai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna
hitam. Wama dari hematemesis tergantung pada lamanya kontak antara darah
dengan asam lambung serta besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna
seperti kopt atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.Berdasarkan profil IGD
RSUD Bangil, sebanyak 350 orang yang mengidap penyakit hematesis Melena.
Penyakit hematesis Melena ini dapat terjadi seperti faktor gaya hidup yang dipenuhi
oleh kesibukan dan stress, pola makan yang tidak sehat,konsumsi
rokok,alkohol.Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
kekurangan volume cairan adalah manajemen hipovolemia yang mencakup
intervensi diantaranya memberikan edukasi memperbanyak cairan oral,memonitor
hipovolemia, dan kepatuhan dalam pengobatan. Laporan kasus ini bertujuan untuk
menggambarkan hematesis Melena dengan masalah kekurangan volume cairan.
Hematesis melena dapat disebabkan beberapa faktor seperti varises
esofagus, ulkul peptikum, gastritis erosif, ruptur mukosa esofagogastrika.
Hematesis Melena memiliki 6 kriteria klinis umum yaitu, anoreksia, disfagia, feses
bewarna hitam, perubahan sirkulasi Perifer, rasa cepat lelah, mual dan muntah.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan tinja, pemeriksaan
darah, pemeriksaan esofagastro duodenoskopi, kontras barium dan angiografi.
Pengobatan pasien hematesis Melena biasanya menggunakan obat oral dan
omeprazole. Dalam melakukan asuhan keperawatan kegawatdaruratan, pengkajian
dilakukan pada pasien dan keluarga. Setelah data didapatkan, diagnosa yang
mungkin muncul ada 3 kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dan intoleransi aktivitas. Inyervensi yang diberikan
untuk diagnosa prioritas yaitu manajemen hipovolemia. Implementasi yang
dilakukan yaitu memberikan edukasi terkait penyakit hematesis
melena,memperbanyak asupan cairan oral, monitor asupan nutrisi, monitor asupan
makanan,monitor berat badan, monitor intake dan output cairan,dan memberikan
edukasi terkait kepatuhan dalam melakukan pengobatan. Evaluasi yang diharapkan
sesuai dengan kriteria hasil luaran keperawatan yaitu turgor kulit kurang dari 2
detik.
Metode dalam penelitian ini menggunakan desain laporan kasus dengan
mendeskripsikan asuhan keperawatan kegawatdarurat. Batasan istilah yang
digunakan dalam laporan kasus ini yaitu penyakit hematesis melena, asuhan
keperawatan kegawatdarurat, dan resusitasi cairan.Partisipan dalam laporan kasus
ini yaitu Tn.S dengan kriteria mual muntah darah. Lokasi pengambilan data berada
di IGD RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Teknik pengumpulan data WOD
(wawancara, observasi, dan dokumentasi) setelah itu di analisis.
Hasil laporan kasus ini Tn.S mengatakan mual muntah, lemas, pusing,
mukosa bibir kering, turgor kulit kurang dari 2 detik. Ditegakkan diagnosa prioritas
yang muncul pada Tn. S yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif. Intervensi yang dilakukan yaitu menajemen hipovolemia
dengan implementasi resusitasi cairan dan evaluasi keperawatan setelah 1 hari
didapatkan turgor kulit kurang dari 2 detik, berat badan membaik, mual muntah
membaik, lelah atau lesu menjadi segar.
Setelah dilakukan pengkajian keperawatan dan ditegakkan diagnosa
keperawatan kegawatdaruratan kekurangan volume cairan,dan direncanakan
intervensi manajemen hipovolemia terkait resusitasi cairan,implementasi yang
dilakukan terkait resusitasi cairan yaitu pemberian edukasi penyakit hematesis
Melena dan edukasi dalam kepatuhan pengobatan.Hasil evaluasi yaitu masalah
kekurangan volume cairan teratasi sebagian sehingga perlu dilanjutkan intervensi
manajemen hipovolemia terkait resusitasi cairan.