Analisis Efektivitas Biaya Terapi Antibiotik pada Pasien Multi-Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) Di Rumah Sakit Paru Jember
Abstract
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini
masih menjadi tantangan global dan menjadi target dunia dalam upaya
pengendaliannya. Penyakit TB disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang dapat ditularkan secara langsung melalui udara (contohnya
batuk). Ketidakpatuhan pasien TB dalam minum obat menjadi faktor penyebab
semakin tingginya kasus TB serta pengobatan menjadi tidak adekuat dan
menyebabkan terjadinya resistensi obat anti-tuberkulosis (OAT) yang salah satunya
adalah Multi-drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB). MDR-TB merupakan
penyakit TB yang terjadi karena adanya resistensi minimal terhadap dua obat anti
TB yang menjadi lini pertama pada terapi TB terutama yaitu rifampisin dan
isoniazid secara bersamaan dengan atau tanpa resisten terhadap obat lini pertama
lainnya. Terapi pengobatan untuk MDR-TB yang direkomendasikan oleh WHO
yaitu regimen Short-term Regimen (STR) all-oral yang mengandung bedaquiline
dengan durasi pengobatan selama 9-12 bulan, dan regimen Long-term Regimen
(LTR) dengan durasi pengobatan selama 18-20 bulan. Lamanya durasi pengobatan
yang dibutuhkan dan pemilihan pengobatan yang aman serta efektif, membutuhkan
terapi yang lebih kompleks, dan mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk
pengobatan pasien MDR-TB, maka perlu dilakukan analisis efektivitas biaya untuk
melihat terapi antibiotik yang memiliki nilai cost-effective yang tinggi pada pasien
MDR-TB, utamanya di Rumah Sakit Paru Jember.
Penelitian ini adalah studi farmakoekonomi dengan melihat biaya dan
efektivitas terapi antibiotik pada pasien MDR-TB. Jenis penelitian yang digunakan
yaitu dengan metode cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif.
Data yang digunakan yaitu biaya dan efektivitas terapi antibiotik pada pasien MDRTB di Rumah Sakit Paru Jember yang diambil selama 3 tahun terakhir yaitu 2020-
2022. Data pada penelitian ini diambil dari website SITB di bagian poli MDR-TB
dan di bagian instalasi farmasi Rumah Sakit Paru Jember. Untuk teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Pasien MDR-TB
periode 2020-2022 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 122 pasien. Analisis
efektivitas biaya yang dibandingkan adalah rata-rata total biaya terapi antibiotik
dengan efektivitas terapi yang dilihat berdasarkan outcome tingkat kesembuhan
pasien MDR-TB. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data yang telah
terkumpul ke dalam Lembar Pengumpul Data (LPD) dan pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan perhitungan Average Cost Effectiveness Ratio
(ACER ) dan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) untuk melihat terapi
antibiotik mana yang cost-effective.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa profil pasien MDR-TB di
Rumah Sakit Paru Jember periode 2020-2022 mayoritas terjadi pada pasien
kelompok usia 45-54 tahun (23,77%), jenis kelamin laki-laki (59,92%), dan pasien
dengan komorbid DM (13,93%). Terapi antibiotik yang banyak digunakan atau
diberikan pada pasien MDR-TB adalah terapi antibiotik dengan regimen STR
(72,13%) dengan durasi pengobatan 9-12 bulan. Terapi antibiotik dengan rata-rata
total biaya yang rendah adalah terapi antibiotik dengan regimen STR sebesar Rp
8.323.479/tingkat kesembuhan. Parameter efektivitas dengan outcome sembuh
terbanyak terdapat pada pasien yang mendapatkan regimen STR dengan persentase
sembuh sebanyak 50,00%. Analisis efektivitas biaya pada dua regimen dengan nilai
ACER terendah diperoleh dari regimen STR sebesar Rp 16.646.959/tingkat
kesembuhan yang dikeluarkan untuk meningkatkan 100% tingkat kesembuhan,
sehingga regimen STR merupakan regimen yang lebih cost-effective. Nilai ICER
regimen STR terhadap regimen LTR sebesar -Rp 40.963.800/tingkat kesembuhan
yang artinya untuk meningkatkan 100% tingkat kesembuhan dibutuhkan biaya
sebesar -Rp 40.963.800. Berdasarkan interpretasi kuadran, regimen STR lebih costeffective dibandingkan dengan regimen LTR, karena regimen STR berada di
kuadran II (dominan) sehingga menjadi pilihan utama.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]