dc.description.abstract | UMKM merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi sebesar
60,5% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. UMKM menyumbang
96,9% dari total tenaga kerja dan 99% dari total lapangan kerja. Strategi untuk
mengembangkan UMKM menjadi sangat penting. Usaha mikro kecil menengah
(UMKM) di Indonesia tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut data dari Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2022 UMKM di Jember
berjumlah 612.000 pelaku usaha yang merupakan aset sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember. UMKM XYZ merupakan
salah satu usaha makanan ringan yang memproduksi edamame crispy di Jember.
Pada sekali produksi menghasilkan 8 Kg edamame crispy, sehingga tiap bulannya
UMKM XYZ menghasilkan 192 Kg edamame crispy. Dalam pelaksanaannya,
UMKM XYZ mengalami berbagai masalah dalam proses produksinya, yaitu
kualitas bahan baku, kerusakan mesin dan Produk rusak saat penyimpanan dan
pendistribusian. Proses produksi yang dilakukan oleh UMKM XYZ memiliki risiko
yang harus dikendalikan, seperti risiko pada bahan baku, risiko pada proses, dan
risiko pada produk. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan mitigasi
risiko agar dapat meminimasi dampak kerugian yang sudah terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko pada proses produksi
edamame crispy UMKM XYZ dan merancang rekomendasi penanganan risiko
pada UMKM XYZ. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi penyebab
risiko proses produksi edamame crispy dengan wawancara dan diskusi secara
langsung dengan pemilik umkm dan pegawai. Setelah dilakukan wawancara,
fishbone diagram digunakan untuk mengidentifikasi risiko untuk mengetahui
sebab akibat dari risiko tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis risiko dengan
menggunakan metode FMEA. FMEA digunakan untuk mendapatkan sumber
risiko yang paling tinggi pada proses produksi edamame crispy. Hasil akhir dari
metode FMEA, yaitu angka risiko prioritas atau Risk Priority Number (RPN).
RPN merupakan hasil perkalian dari tingkat kejadian (occurance), tingkat
keparahan (severity), dan tingkat deteksi (detection). Kemudian merangking
potensi kegagalan dari rating yang tertinggi, serta strategi yang diusulkan untuk
perbaikan. Hasil dari prioritas risiko diperoleh untuk membantu penentuan
alternatif strategi dalam meminimalkan risiko produksi dengan menggunakan
metode AHP. Pada metode AHP perlu diperhatikan nilai Consistency Ratio (CR)
yang menjelaskan konsistensi jawaban dari expert.
Berdasarkan hasil penelitian didapat 3 faktor risiko yaitu faktor risiko
bahan baku, proses dan produk. Faktor risiko bahan baku yaitu edamame
berwarna kuning / bintik hitam, edamame ukuran kecil dan pecah, edamame
defrost, dan produk tidak sesuai standar kualitas. Faktor risiko pada proses
produksi edamame crispy yaitu kerusakan mesin vacuum frying, kerusakan mesin
spinner, kerusakan mesin sealer, dan produk gagal. Faktor risiko produk yaitu
produk rusak saat penyimpanan dan pendistribusian, komplain konsumen karena
waktu pengiriman terlambat dan target jumlah pemasaran tidak terpenuhi.
Selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas yang menghasilkan 6
sumber risiko pada produksi edamame crispy. Hasil analisis menggunakan metode
FMEA menunjukkan bahwa ada 3 sumber risiko yang memiliki nilai RPN diatas
nilai kritis yaitu edamame berwarna kuning / bintik (15,75), kerusakan vacuum
frying (16,62), dan risiko target jumlah pemasaran tidak terpenuhi (25,5). Strategi
penanganan risiko yang dipilih melalui metode AHP yaitu penerapan SOP
penanganan HPT (0,381), refreshment training (0,709), dan mempromosikan
kualitas produk (0,245). | en_US |