dc.description.abstract | Kabupaten Jember tahun 2017 memproduksi jagung sebesar 471.285 ton. Peningkatan produksi jagung berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan. Batang jagung merupakan salah satu limbah yang tidak tertangani dengan baik. Limbah batang jagung memiliki proporsi limbah sebesar 50% pada saat pemanenan tanaman jagung, yang artinya setiap musin panen maka akan menghasilkan limbah batang jagung sebesar 1.178.212,5 ton. Pemanfaatan energi terbarukan sangat diperlukan untuk meminimalisir penggunaan energi fosil. Energi terbarukan dapat diperoleh melalui pengolahan limbah biomassa, salah satunya memanfaatkan batang jagung menjadi bahan bakar berupa biopellet. Kadar selulosa batang jagung mencapai 50% dan kadar lignin mencapai 30%. Hal ini mengindikasikan bahwa batang jagung dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif. SNI 8021-2014 menjadi acuan mutu biopellet, penelitian ini menggunakan variabel ukuran serbuk dan jenis perekat. Tujuannya untuk mengamati pengaruh terhadap karakteristik biopellet dan menentukan perlakuan terbaik pada penelitian ini. Tahapan penelitian mencakup beberapa perlakuan berikut: karbonisasi batang jagung lalu pengecilan ukuran; variasi jenis perekat pati (tapioka dan maizena) sebanyak 25 g per sampel; dan variasi ukuran serbuk (20 mesh, 40 mesh, 60 mesh). Dilakukan uji proksimat (kadar air, kadar abu, zat terbang, dan karbon terikat), uji kalor, uji ANOVA 2 faktor, analisis BNT, dan scoring. Hasil penelitian biopellet dari parameter yang digunakan untuk kadar air, kadar zat terbang, karbon terikat, dan nilai kalor sesuai dengan acuan standar SNI 8021-2014, kecuali pada parameter kadar abu. Biopellet terbaik pada penelitian ini yaitu T1U1, dengan perlakuan perekat tapioka dan ukuran serbuk 20 mesh, meliputi kadar air 5,286%, kadar abu 12,376%, kadar zat terbang 44,826%, kadar karbon terikat 42,779%, dan nilai kalor sebesar 5221,324 kal/g. | en_US |