Pengaruh Pemberian Ekstrak Temu Giring terhadap Leukosit, Limfosit dan Neutrofil Mencit Model Rheumatoid Arthritis
Abstract
Inflamasi merupakan suatu respon adaptif terhadap stimulus, baik yang
disebabkan oleh infeksi, trauma, pembedahan, luka bakar, iskemia, atau jaringan
nekrotik. Inflamasi dapat terjadi secara akut dan kronik yang mengakibatkan
kelainan patologis. Inflamasi akut terjadi dalam waktu yang singkat, sedangkan
inflamasi kronis terjadi dalam jangka waktu lama diakibatkan agen penyebab
inflamasi akut tidak dapat diatasi atau juga dapat terjadi saat awal adanya jejas
seperti infeksi patogen atau autoimun seperti rheumatoid arthritis (RA). RA
merupakan penyakit inflamasi kronik dan sistemik yang pada dasarnya
menyerang sendi. Model hewan uji untuk RA salah satunya adalah metode
induksi CFA (Completed Freund’s Adjuvant) yang akan mengakibatkan inflamasi
kronik. Induksi CFA pada hewan uji dilakukan secara intraplantar dan
mengakibatkan peningkatan produksi sitokin proinflamasi yang menyebabkan
infiltrasi leukosit pada area cedera untuk memfagositosis patogen. Pembentukan
mediator inflamasi yang berlebihan akan mengakibatkan kondisi inflamasi kronik
RA secara berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
ekstrak temu giring (Curcuma heyneana) dosis 200, 400 dan 800 mg/kgBB
sebagai agen antiinflamasi dengan melihat jumlah leukosit, limfosit dan neutrofil
mencit RA yang diinduksi CFA.
Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan mencit sebanyak 24
ekor yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok normal terdapat 4 ekor
mencit yang diinduksi normal salin dan kelompok perlakuan terdapat 20 ekor
diinduksi dengan CFA pada hari ke-0. Kelompok perlakuan dirandomisasi
kembali dan dibagi menjadi kelompok kontrol positif, kontrol negatif, kelompok
dosis 200 mg/kgBB, kelompok dosis 400 mg/kgBB, dan kelompok dosis 800
mg/kgBB. Pada hari ke-5 hingga hari ke-14 masing-masing kelompok diberi perlakuan secara oral, yaitu kelompok normal dan kelompok kontrol negatif
diberikan CMC-Na 1%, kontrol positif diberikan natrium diklofenak 10 mg/kgBB
dan tiga kelompok lainnya diberikan ekstrak temu giring dengan masing-masing
dosis 200, 400 dan 800 mg/kgBB. Pada hari ke-15 dilakukan pengambilan darah
pada seluruh kelompok melalui mata untuk diamati jumlah leukosit total,
persentase limfosit dan persentase neutrofil.
Data hasil penelitian leukosit, limfosit dan neutrofil dianalisis dengan One
Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD (Least Significant
Difference). Hasil tersebut menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara
kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif, kontrol normal dan
kelompok perlakuan ekstrak temu giring dosis 200, 400 dan 800 mg/kgBB.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak temu giring dosis
800 mg/kgBB lebih efektif dalam menurunkan jumlah leukosit total, sedangkan
dosis 200 dan 400 mg/kgBB lebih efektif dalam meningkatkan jumlah limfosit
dan menurunkan jumlah neutrofil.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]