Show simple item record

dc.contributor.authorFAIZAH, Nova Auliyatul
dc.date.accessioned2024-07-12T07:05:52Z
dc.date.available2024-07-12T07:05:52Z
dc.date.issued2023-06-16
dc.identifier.nim192210101069en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/122130
dc.descriptionvalidasi_repo_firli_Desember_2023_19en_US
dc.description.abstractInflamasi merupakan suatu respon adaptif terhadap stimulus, baik yang disebabkan oleh infeksi, trauma, pembedahan, luka bakar, iskemia, atau jaringan nekrotik. Inflamasi dapat terjadi secara akut dan kronik yang mengakibatkan kelainan patologis. Inflamasi akut terjadi dalam waktu yang singkat, sedangkan inflamasi kronis terjadi dalam jangka waktu lama diakibatkan agen penyebab inflamasi akut tidak dapat diatasi atau juga dapat terjadi saat awal adanya jejas seperti infeksi patogen atau autoimun seperti rheumatoid arthritis (RA). RA merupakan penyakit inflamasi kronik dan sistemik yang pada dasarnya menyerang sendi. Model hewan uji untuk RA salah satunya adalah metode induksi CFA (Completed Freund’s Adjuvant) yang akan mengakibatkan inflamasi kronik. Induksi CFA pada hewan uji dilakukan secara intraplantar dan mengakibatkan peningkatan produksi sitokin proinflamasi yang menyebabkan infiltrasi leukosit pada area cedera untuk memfagositosis patogen. Pembentukan mediator inflamasi yang berlebihan akan mengakibatkan kondisi inflamasi kronik RA secara berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak temu giring (Curcuma heyneana) dosis 200, 400 dan 800 mg/kgBB sebagai agen antiinflamasi dengan melihat jumlah leukosit, limfosit dan neutrofil mencit RA yang diinduksi CFA. Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan mencit sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok normal terdapat 4 ekor mencit yang diinduksi normal salin dan kelompok perlakuan terdapat 20 ekor diinduksi dengan CFA pada hari ke-0. Kelompok perlakuan dirandomisasi kembali dan dibagi menjadi kelompok kontrol positif, kontrol negatif, kelompok dosis 200 mg/kgBB, kelompok dosis 400 mg/kgBB, dan kelompok dosis 800 mg/kgBB. Pada hari ke-5 hingga hari ke-14 masing-masing kelompok diberi perlakuan secara oral, yaitu kelompok normal dan kelompok kontrol negatif diberikan CMC-Na 1%, kontrol positif diberikan natrium diklofenak 10 mg/kgBB dan tiga kelompok lainnya diberikan ekstrak temu giring dengan masing-masing dosis 200, 400 dan 800 mg/kgBB. Pada hari ke-15 dilakukan pengambilan darah pada seluruh kelompok melalui mata untuk diamati jumlah leukosit total, persentase limfosit dan persentase neutrofil. Data hasil penelitian leukosit, limfosit dan neutrofil dianalisis dengan One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD (Least Significant Difference). Hasil tersebut menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif, kontrol normal dan kelompok perlakuan ekstrak temu giring dosis 200, 400 dan 800 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak temu giring dosis 800 mg/kgBB lebih efektif dalam menurunkan jumlah leukosit total, sedangkan dosis 200 dan 400 mg/kgBB lebih efektif dalam meningkatkan jumlah limfosit dan menurunkan jumlah neutrofil.en_US
dc.description.sponsorshipDr. apt. Fifteen Aprila F., S.Farm., M.Farm. apt. Ika Puspita Dewi, S.Farm., M.Biomed.en_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectTemu Giringen_US
dc.subjectRheumatoid Arthritisen_US
dc.subjectNatrium Diklofenaken_US
dc.subjectLeukositen_US
dc.titlePengaruh Pemberian Ekstrak Temu Giring terhadap Leukosit, Limfosit dan Neutrofil Mencit Model Rheumatoid Arthritisen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiFarmasien_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. apt. Fifteen Aprila Fajrin, S.Farm., M.Farm.en_US
dc.identifier.pembimbing2apt. Ika Puspita Dewi, S.Farm., M.Biomed.en_US
dc.identifier.validatorvalidasi_repo_firli_Desember_2023_19en_US
dc.identifier.finalization0a67b73d_2024_07_tanggal 10en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record