Kegiatan Sedentari Meningkatkan Risiko Perlemakan Hati Non-Alkoholik (PHNA): Tinjauan Sistematis
Abstract
Kegiatan sedentari merupakan semua kegiatan yang dilakukan di luar waktu
tidur dengan pengeluaran energi ≤ 1,5 metabolic equivalent (MET). Sebanyak
37,02% warga Indonesia yang bekerja sebagai buruh, karyawan, dan pegawai
menghabiskan sekitar 6,7 jam/hari untuk melakukan kegiatan sedentari. Penelitian
di Norwegia menyatakan bahwa setiap peningkatan waktu kegiatan sedentari
sebanyak satu jam/hari dapat meningkatkan risiko PHNA sebanyak 4%.
Perlemakan hati non-alkoholik (PHNA) adalah steatosis makrovesikuler pada 5%
hepatosit, tanpa diakibatkan oleh penyebab sekunder seperti alkohol atau obatobatan. Prevalensi PHNA di seluruh dunia mencapai 25%. Kasus PHNA di Timur
Tengah terjadi sebanyak 32%, di Eropa terjadi 23%, dan di Afrika terjadi sebanyak
13%. Kasus PHNA di Timur Tengah terjadi sebanyak 32%, di Eropa terjadi 23%,
dan di Afrika terjadi sebanyak 13%.
Tujuan dari tinjauan sistematis ini yaitu untuk membuktikan bahwa kegiatan
sedentari dapat meningkatkan risiko PHNA. Data untuk penelitian ini diambil dari
basis data Google Scholar, Springer, ScienceDirect, PubMed, dan Portal Garuda
dengan batas 10 tahun terakhir (2012-2022). Langkah awal yaitu menentukan
kerangka kerja PICOS kemudian melakukan pencarian berdasarkan kata kunci.
Hasil pencarian kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,
setelah itu diekstraksi dan disintesis agar dapat menjawab pertanyaan penelitian.
Hasil yang didapatkan pada tinjauan sistematis ini yaitu kegiatan sedentari
dapat meningkatkan risiko PHNA. Melakukan kegiatan sedentari selama minimal
7 jam/hari secara signifikan dapat meningkatkan risiko PHNA sebanyak 1,99 kali.
Kegiatan sedentari juga dapat menyebabkan resistensi insulin pada hati yang
kemudian memperkuat DNL. De novo lipogenesis (DNL) akan meningkatkan
produksi asam lemak bebas sehingga terjadi akumulasi trigliserida dan
menyebabkan PHNA. Faktor risiko penyebab PHNA yang paling banyak
disebutkan pada jurnal terinklusi yaitu faktor usia, diikuti oleh faktor risiko lainnya
seperti obesitas, status sosioekonomi, gaya hidup yang tidak sehat, dan riwayat
sindrom metabolik keluarga.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]