Histopatologi Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) Jantan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Perlakuan Ekstrak Getah Mimba (Azadirachta indica JUSS.) Dan Pemafaatannya Sebagai Book Chapter
Abstract
Diabetes melitus tipe 2 atau yang selanjutnya dikenal dengan T2DM ini
merupakan kasus mayoritas diantara seluruh kasus diabetes. Kemampuan insulin
untuk menurunkan kadar gula darah pada T2DM ini berkurang dan dikenal dengan
istilah insulin resistan. Selama mengalami status resistan ini, insulin tidak lagi
memiliki fungsi yang efektif sehingga kadar gula dalam darah tidak terkontrol.
Biasanya diagnosa T2DM terdeteksi pada usia sekitar 45 tahun, namun karena gaya
hidup manusia belakangan ini yang sudah sangat jauh dari gaya hidup yang sehat
maka diagnosa T2DM kerap ditemukan pada usia anak anak dan remaja. Diagnosa
T2DM pada usia dini akan disertai dengan keadaan tubuh yang mengalami obesitas.
Menurut data IDF (International Diabetes Federation), 415 juta orang hidup
dengan kondisi T2DM pada tahun 2015 dan akan meningkat menjadi 642 juta jiwa
pada tahun 2024.
Getah mimba atau neem gum adalah cairan yang keluar dari batang tanaman
mimba (Azadicahta indica JUSS.) yang telah mengeras dan menjadi bentuk kristal.
Komponen utama dalam kristal getah mimba adalah polisakarida terlarut dengan
beberapa macam cabang monosakarida didalamnya. Komponen yang ditemukan
dalam ekstrak getah mimba dan memiliki manfaat antidiabet adalah senyawa Fenol
dan Guanosine.
Organ yang akan diamati adalah pankreas dengan fokus observasi pada
bagian islet Langerhans yang didalamnya terdapat sel beta pankreas. Indikator
observasi meliputi dua jenis data yaitu luas area islet Langerhans dan kerusakan sel
beta yang mengacu pada nekrosis. Efek samping perlakuan juga akan diperhatikan
pada organ sekitar saat proses pembedahan.
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan mulai dari November 2022 – Juni
2023. Observasi histopatologi berfokus pada perubahan ukuran islet Langerhans
dan regenerasi sel beta pankreas. Total sampel yang digunakan sebanyak 15 ekor
tikus wistar (Rattus norvegicus L.) jantan yang terbagi kedalam 5 kelompok, yaitu
Kontrol Positif, Kontrol Positif (perlakuan glibenklamid), P1(dosis 800mg/KgBB),
P2 (dosis 1000mg/KgBB), dan P3 (dosis 1200mg/KgBB). Lama waktu perlakuan
mulai dari aklimatisasi hingga observasi histopatologi memakan waktu 28 hari.
Hasil perubahan kadar gula darah menunjukkan bahwa kelompok P1
dengan variasi dosis 800mg/KgBB menunjukkan tingkat penurunan kadar gula
darah yang teratur, dan memiliki nilai selisih yang kecil yaitu 10.37. Apabila dilihat
dari segi observais histopatologi, dosis ini juga menunjukkan angka perubahan
ukuran islet Langerhans yang mencapai 13521.33 µm2. Hal ini menjadi acuan
bahwa dosis 800mg/KgBB adalah dosis yang paling optimal untuk menurunkan
kadar gula darah. Dua variasi dosis lain yang lebih tinggi tidak disarankan untuk
dipakai kembali karena tidak adanya regenerasi sel beta yang maksimal dan
menimbulkan efek sambal berupa Pseudolipoma Glisson’s Capsule pada dosis
tinggi (1200mg/KgBB).
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa dosis P1
dapat digunakan sebagai dosis acuan penelitian lanjutan karena kemampuan
menurunkan kadar gula darah yang teratur dan signifikan dan tidak menimbulkan
adanya efek samping. Produk berupa book chapter juga layak digunakan sebagai
referensi.
Output penelitian ini disajikan dalam bentuk book chapter dengan proses
validasi dengan nilai total sebesar 79,6% dan dinyatakan layak digunakan sebagai
referensi.