Analisis Kelayakan Agribisnis Pisang Cavendish di Kabupaten Bondowoso
Abstract
Hortikultura adalah salah satu sub sektor yang memegang peran penting dalam mendukung pembangunan perekonomian nasional, sehingga pengembangan sub sektor hortikultura penting untuk dilakukan. Pengembangan sub sektorhortikultura diawali dengan melakukan peningkatan nilai produksi pada komoditas yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, yaitu komoditas pisang cavendish. Komoditas pisang cavendish memiliki kemampuan dalam hal produksi, produktivitas, nilai jual, dan permintaan yang terbilang cukup tinggi. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh pisang cavendish tidak diiringi dengan
luasan panen dan produksi pisang cavendish di Indonesia yang terbilang tidak mengalami perkembangan dengan baik. Hal itu sejalan dengan program pengembangan komoditas hortikultura di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya Kabupaten Bondowoso. Pemerintah Kabupaten Bondowoso berencana untuk menjadikan Kabupaten Bondowoso sebagai Republic Banana. Komoditas pisang cavendish pertama kali dikenalkan kepada petani melalui demplot (demonstration plot) pisang cavendish di Desa Maskuning Kulon Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso pada lahan seluas 1,86 hektar. Namun, petani sebagai pelaksana budidaya minim pengetahuan khusus terkait teknis budidaya pisang cavendish dan kepastian usaha secara finansial serta ekonomi ketika melakukan agribisnis pisang cavendish.
Berdasarkan fenomena pisang cavendish yang memiliki potensi dibudidayakan di Kabupaten Bondowoso, maka peneliti ingin menganalisis: (1) kelayakan finansial, (2) kelayakan ekonomi, dan (3) sensitivitas agribisnis pisang cavendish di Kabupaten Bondowoso. Metode penentuan lokasi melalui purposive method, yaitu Kabupaten Bondowoso dengan pertimbangan wilayah tersebut menjadi daerah pengembangan komoditas pisang cavendish di Kabupaten Bondowoso. Metode penelitian adalah analitik dan deskriptif dengan menggunakan metode analisis kelayakan finansial dan ekonomi melalui kriteria R/C ratio, B/C ratio, dan Break Event Point (BEP) serta analisis sensitivitas. Penentuan sampel menggunakan total sampling terdiri dari 16 petani dengan variasi waktu penanaman dan purposive sampling dengan informan expert, yaitu Foreman Growers Area 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kelayakan finansial agribisnis pisang cavendish dengan varietas CJ40 memiliki nilai R/C ratio masing-masing pada generasi 1, 2, 3, dan 4 sebesar 1,65; 4,42; 4,18; dan 3,77, sedangkan nilai B/C ratio 2,03 melebihi 1, artinya agribisnis pisang cavendish layak untuk dijalankan. Break Event Point (BEP) produksi rata-rata pisang cavendish dicapai 5.732 kg/ha dengan nilai produksi per pohon sebesar 2,7 kg, artinya agribisnis pisang cavendish layak untuk dijalankan karena telah melebihi nilai BEP produksi dan minimal BEP harga di tingkat petani Rp 844 per kg, sehingga hal ini menguntungkan karena rata rata harga pembelian oleh PT Nusantara Segar Abadi adalah Rp 2.500. (2) kelayakan ekonomi agribisnis pisang cavendish memiliki nilai nilai R/C ratio masing-masing pada generasi 1, 2, 3, dan 4 sebesar 7,05; 18,95; 17,93; dan 16,16, sedangkan nilai B/C ratio 11,99 melebihi 1, artinya agribisnis pisang cavendish layak untuk dijalankan. Break Event Point (BEP) produksi rata-rata pisang cavendish dicapai 932 kg/ha dengan nilai produksi per pohon sebesar 0,4 kg, artinya agribisnis pisang cavendish layak untuk dijalankan karena telah melebihi nilai BEP produksi dan BEP harga rata-rata di tingkat petani Rp 844 per kg, sehingga hal ini menguntungkan karena rata-rata harga pembelian pisang cavendish secara ekonomi adalah Rp 10.821. (3) peningkatan biaya produksi 10% pada agribisnis pisang cavendish di Kabupaten Bondowoso masih dalam kondisi layak dan menguntungkan, sehingga agribisnis pisang cavendish dikatakan tidak peka atau tidak sensitif terhadap peningkatan biaya produksi 10%. Penurunan volume produksi 20% pada agribisnis pisang cavendish di Kabupaten Bondowoso masih dalam kondisi layak dan menguntungkan, sehingga agribisnis pisang cavendish dikatakan tidak peka atau tidak sensitif terhadap penurunan volume produksi 20%.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]