Pengasuhan Anak Pekerja Migran Studi Kasus pada Siswa SDS NU 21 Miftahul Ulum Gelang Jember
Abstract
Anak merupakan seseorang yang berada dalam suatu tahap perkembangan
menuju dewasa. Adanya tahapan-tahapan tersebut menunjukkan bahwa anak sebagai
sosok manusia akan menjadi dewasa dan mencapai kematangan hidup setelah melalui
beberapa proses seiring dengan bertambahnya usia. Oleh sebab itu, anak memerlukan
adanya bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa dan keluarga terutama
keluarga inti seperti ayah dan ibu. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai
keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak hadir pada saat tumbuh kembang anak
dalam proses pengasuhan. Sehingga hal tersebut bisa menimbulkan terbatasnya
interaksi orang tua dengan anak. Karena, idealnya seorang anak akan bertumbuh dan
berkembang dengan baik jika peran ayah dan ibunya hadir untuk menciptakan
suasana dalam rumah tangga menjadi menyenangkan sehingga baik bagi
pertumbuhan anak dari segi mental, psikis maupun karakter pada anak pekerja
migran. Hal ini dikarenakan orang tua adalah sosok terdekat anak.
Penelitian ini ingin menggali secara mendalam pengasuhan anak pada
keluarga pekerja migran. Hal ini didasari oleh hasil observasi awal di SDS NU 21
Miftahul Ulum Gelang Kabupaten Jember yang dilakukan pada bulan September
2022, dimana terdapat 3 siswa kelas 1 usia 8 tahun merupakan anak seorang pekerja
migran yang mana 2 anak dari ketiga siswa tersebut salah satu orang tuanya menjadi
pekerja migran dan saat ini sedang diasuh oleh anggota keluarganya yang lain seperti:
ibu, nenek, kakek, dan pamannya. Karakter yang menonjol pada anak-anak tersebut
hampir sama yaitu memiliki sikap kemandirian dan keberanian. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana
pengasuhan anak pekerja migran pada siswa SDS NU 21 Miftahul Ulum Gelang? Jenis penelitian ini penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang
dilakukan di Dusun Tampingan, Kecamatan Sumberbaru, dan Kabupaten Jember
menjadi lokasi penelitian 2,5 bulan di bulan Maret-Mei 2023. Subjek penelitian ini
adalah 2 siswa kelas 1 SDS NU 21 Miftahul Ulum Gelang yang mana kedua orang
tuanya bekerja sebagai pekerja migran dan subjek lainnya adalah pengasuh kedua dari
anak tersebut seperti nenek, paman, tante, dan tetangga. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan melalui tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan ditarik kesimpulan bahwa
pengasuhan yang diterapkan pada keluarga pekerja migran memiliki keunikan dan
perbedaan yang bervariasi hal ini digali dari dimensi pengasuhan yakni, dimensi
kontrol dan dimensi kehangatan. Dimensi kontrol yang diterapkan oleh keluarga “F”
dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan pengasuhan yang dijalankan
cukup kuat dan keras sebab pengasuh tidak segan-segan mengaplikasikan hukuman
fisik kepada “F” jika melakukan kesalahan. Sedangkan, dimensi kontrol yang
diterapkan oleh keluarga “N” tidak terlalu ketat dan menuntut sebab “N” sebelum
diberikan larangan atau peraturan yang mengikat, ibunya akan menjelaskan terlebih
dahulu dampak yang akan alami jika melanggar hal tersebut.
Pada dimensi kehangatan yang dirasakan oleh “N” sudah sangat maksimal
sebab peran bapak dan ibu dijalankan dengan baik, jarak yang jauh tidak menjadi
penghalang bagi keluarga “N” untuk menciptakan suasana yang hangat.
Keharmonisan dalam keluarga “N” juga berpengaruh dalam proses pengasuhan. Hal
tersebut berbeda dengan dimensi kehangatan yang dirasakan oleh “F” meskipun
jumlah pihak yang terlibat cukup banyak tetapi kehangatan yang dirasakan oleh “F”
masih terasa kurang saat ibu “F” menjadi pekerja migran. Kerja sama dalam proses
pengasuhan “F” tidak berjalan dengan baik karena terdapat permasalahan yang belum
diselesaikan serta keharmonisan dalam keluarga “F” belum tercipta dengan baik. Hal tersebut berbeda saat ibu “F” pulang dan menetap, karena dimensi kehangatan yang
dirasakan oleh “F” sudah terasa lebih hangat saat ibunya berada di rumah.
Peneliti menyimpulkan jika, keluarga pekerja migran yang memiliki
keharmonisan dalam rumah tangga cenderung menerapkan pengasuhan autoritatif
dimana orang tua yang tinggal bersama anak terlibat langsung dalam pengasuhan,
sedangkan dalam keluarga yang memiliki masalah rumah tangga dan tingkat
pendidikan yang rendah, pengasuhan cenderung dilakukan oleh pengasuh pengganti
yang menerapkan pengasuhan permisif dimana anak tidak dibatasi namun jika anak
melakukan kesalahan yang berat seperti mencuri maka pengasuh pengganti akan
memberikan hukuman fisik. Gaya pengasuhan otoritatif pada keluarga “N”
mempengaruhi karakter anak agar memiliki kemandirian yang tinggi, hal tersebut
terbukti dari cara “N” menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang tuanya.
Sedangkan, pada gaya pengasuhan permisif pada keluarga “F” membentuk karakter
“F” menjadi anak yang agresif dan suka mencari perhatian dari orang dewasa di
sekitarnya.
Saran dari peneliti untuk masyarakat melalui ibu-ibu PKK sebaiknya
berinisiatif membuat program dukungan pengasuhan orang tua seperti kegiatan
penyuluhan untuk mempromosikan pengasuhan positif sehingga meskipun tidak
berada di satu tempat, orang tua dan pengasuh pengganti masih bisa memberikan
kasih sayang secara optimal serta yang efektif kepada anak yang mereka tinggalkan