Proses Adopsi Inovasi Rumah Burung Hantu (RUBUHA) di Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Abstract
Pertanian memegang peran penting dalam kehidupan suatu negara. Peningkatan kualitas pertanian dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, penyediaan sarana dan prasarana pertanian, dan penyediaan modal dalam mendukung petani dalam kegiatan usahatani. Pembangunan pertanian memiliki beberapa masalah yakni pengetahuan petani yang kurang, peran lembaga yang kurang mendukung petani, ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan kurangnya intensitas penyuluhan dalam rangka meningkatkan penyebaran informasi. Pemberian inovasi dapat menjadi salah satu cara untuk mendukung pembangunan pertanian dalam rangka mewujudkan pertanian berkelanjutan. Inovasi yang diberikan ditujukan untuk mengubah perilaku petani.
Desa Wonosari adalah desa yang memiliki mayoritas penduduk dengan mata pencaharian sebagai petani. Petani di Desa Wonosari dinaungi oleh 6 kelompok tani yang tergabung dalam satu Gabungan Kelompok Tani Bumi Putra. Permasalahan yang terjadi adalah serangan hama tikus yang merusak tanaman petani terutama padi dan jagung. Petani mencoba inovasi Rumah Burung Hantu dengan memanfaatkan burung hantu untuk memangsa hama tikus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses adopsi inovasi Rumah Burung Hantu mulai dari tahap pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi penerapan oleh petani. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Penentuan informan dalam penelitian menggunakan metode snowball sampling. Informan dalam penelitian meliputi petani Desa Wonosari yang tergabung dalam Gapoktan Bumi Putra dan Penyuluh Desa Wonosari. Data yang dikumpulkan menggunakan 3 cara yaitu: wawancara, observasi lapang, dan dokumentasi.
Hasil penelitian terdapat 5 tahapan adopsi inovasi yang dilewati oleh inovasi Rumah Burung Hantu yakni: 1) Tahap pengetahuan: petani mendapat informasi Rubuha dari beberapa sumber meliputi sumber informasi dari Penyuluh Pertanian Lapang Desa Wonosari dan kemitraan yang dilakukan. Petani membutuhkan informasi tentang Rubuha dan pengetahuan petani cukup tinggi tentang manfaat, fungsi, dan cara kerja Rubuha, 2) Pada tahap persuasi, petani membentuk sikap suka atau tidak suka pada inovasi berdasarkan karakteristik inovasi meliputi: petani mendapatkan keuntungan dengan berkurangnya jumlah hama tikus, menganggap inovasi ini cocok dengan keadaan mereka, mudahnya dalam memahami inovasi, melakukan uji coba dari bantuan yang didapat, dan hasil uji coba inovasi dapat dilihat secara langsung, 3) Pada tahap keputusan, petani menerapkan inovasi Rubuha karena diharapkan dapat memberi manfaat kepada mereka, 4) Pada tahap implementasi, petani melakukan penerapan Rubuha dan terdapat masalah yaitu pengadaan burung hantu dan kekompakan petani dalam menerapkan inovasi ini. Pengadaan unit Rubuha berasal dari bantuan dan swadaya petani. Petani melakukan modifikasi terhadap Rubuha agar sesuai dengan keinginan mereka, 5) Pada tahap konfirmasi, petani bersedia menerapkan inovasi Rubuha secara berkelanjutan karena manfaat yang didapatkan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]