Gambaran Faktor Risiko Penyebab Resesi Gingiva pada Mahasiswa Baru FKG Angkatan 2022
Abstract
Resesi gingiva merupakan suatu kelainan dengan pergeseran margin gingiva
kearah apikal sehingga menyebabkan terbukanya permukaan akar yang
menyebabkan masalah estetika, hipersensitivitas, lebih mudah terkena karies pada
sementum dan rentan terhadap abrasi. Resesi gingiva merupakan masalah yang
banyak dikeluhkan oleh banyak orang, dengan keluhan giginya terlihat lebih
panjang. Etiologi resesi gingiva dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain;
anatomi, fisiologi maupun patologi. Resesi gingiva secara patologis dapat terjadi
karena keradangan gingiva akibat oral hygiene buruk, trauma oklusi, trauma sikat
gigi, merokok, mengkonsumsi alkohol, tepi restorasi yang tidak baik, faktor
hormonal, serta akibat prosedur operasi periodontal. Faktor risiko resesi gingiva
yang berhubungan dengan penyakit periodontal cenderung bersifat irreversible.
Resesi gingiva yang diakibatkan oleh trauma oklusi maupun trauma akibat
kesalahan menyikat gigi bersifat reversible. Tingkat keparahan resesi gingiva
diukur menggunakan probe periodontal UNC-15 berdasarkan jarak antara cemento
enamel junction dan margin gingiva. Fenomena resesi gingiva ini jika tidak dirawat,
jaringan pendukung dan struktur tulang gigi dapat rusak, dan pada akhirnya
mengakibatkan kehilangan gigi. Tingkat keparahan resesi gingiva dapat di
klasifikasikan menurut klasifikasi Miller yang dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas I,
II, III, dan IV.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Klinik Integrasi
Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Universitas Jember pada
bulan September-Oktober 2023. Subjek penelitian merupakan Mahasiswa Baru
FKG Angkatan 2022. Variabel dalam penelitian ini yaitu resesi gingiva pada
Mahasiswa FKG Angkatan 2022 dan faktor risiko penyebab resesi gingiva yang
meliputi trauma oklusi, trauma penyikatan gigi, penggunaan alat ortodonti, dan
penyakit jaringan periodontal. Data yang disajikan dalam bentuk tabulasi serta
deskriptif Hasil penelitian didapatkan sebanyak 22 orang (14%) dari 157 orang
mengalami resesi gingiva. Faktor risiko yang diteliti memiliki beberapa indikator
penilaian yang dilihat melalui pemeriksaan klinis dan kuesioner, seperti pada faktor
risiko trauma oklusi dinilai berdasarkan indikator malposisi pada gigi yang
mengalami resesi gingiva yang dialami oleh 15 orang (68%) dan indikator
kebiasaan pada rongga mulut yang tidak dialami oleh responden (0%) . Faktor
risiko trauma penyikatan dinilai berdasarkan indikator teknik menyikat gigi yang
dialami oleh 17 orang (77%) dan kekuatan saat menyikat gigi yang dialami oleh 11
orang (50%). Faktor risiko penggunaan alat ortodonti dinilai berdasarkan indikator
penggunaan alat ortodonti ≥ 1 tahun yang dialami oleh 2 orang (9%) dan gingivitis
yang dialami oleh 2 orang (9%) pengguna alat ortodonti. Faktor risiko penyakit
jaringan periodontal yang dinilai berdasarkan indikator BOP ≥ 10 % yang dialami
oleh 19 orang (86%) dan berdarah ketika menyikat gigi yang dialami oleh 18 orang
(86%).
Kesimpulan penelitian adalah resesi gingiva yang dialami oleh seluruh
responden berada pada kelas I menurut klasifikasi Miller, yang berarti resesi
gingiva, yang tidak meluas ke mucogingival junction (MGJ, tidak ada kehilangan
jaringan periodontal (tulang atau jaringan lunak) di area interdental, dan 100%
penutupan akar dapat diantisipasi atau masih bersifat reversible. Faktor risiko
penyebab resesi gingiva yang dialami oleh Mahasiswa FKG Angkatan 2022 yaitu
trauma oklusi yang diderita oleh 15 orang (68%), trauma penyikatan gigi yang
diderita oleh 17 orang (77%), penggunaan alat ortodonti yang diderita oleh 2 orang
(9%), dan penyakit jaringan periodontal yang diderita oleh 19 orang (86%)
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]