Hubungan Faktor Risiko Sosioekonomi dan Personal Hygiene dengan Infeksi STH pada Balita Stunting Kecamatan Kaliwates
Abstract
Stunting didefinisikan sebagai pertumbuhan pada balita yang terhambat
akibat kekurangan gizi yang kronis sehingga balita menjadi pendek. Kondisi
stunting dinilai dari tinggi badan menurut usia berada dibawah minus dua standar
deviasi. Survei Status Gizi Indonesia menyatakan bahwa prevalensi stunting di
Indonesia pada tahun 2022 sebesar 21,6%. Persentase tersebut dinilai cukup tinggi
karena berdasarkan rekomendasi WHO, prevalensi stunting harus berada dibawah
20%. Provinsi Jawa Timur berhasil menurunkan angka kejadian stunting pada tahun
2022 menjadi 19,2%. Walaupun begitu, Kabupaten Jember menjadi wilayah dengan
prevalensi stunting tertinggi di Jawa Timur, yakni mencapai 34,9% atau sekitar
35.000 balita.
Stunting dipengaruhi oleh asupan gizi, pemberian ASI eksklusif dan genetik.
Faktor sosioekonomi dan personal hygiene secara tidak langsung juga dapat
mempengaruhi kejadian stunting. Kondisi stunting membuat imunitas tubuh
menjadi lemah sehingga rentan terpapar infeksi. Infeksi STH cukup sering
ditemukan pada balita tetapi sering diabaikan karena tidak menunjukkan gejala.
Kelompok usia balita memiliki kecenderungan tinggi untuk terjangkit infeksi STH
apabila dikaitkan dengan sosial ekonomi yang rendah dan penerapan personal
hygiene yang buruk.
Penelitian dilakukan untuk mencari hubungan antara faktor risiko
sosioekonomi dan personal hygiene dengan infeksi STH melalui pemeriksaan feses
balita dengan metode sedimentasi dan floatasi. Penelitian ini berlangsung selama
bulan Juli-Desember 2023. Populasi penelitian menggunakan balita stunting di
Kecamatan Kaliwates. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
viii
sampling mendapatkan 92 total subjek penelitian. Hasil pemeriksaan pada
penelitian ini memperoleh 12 sampel positif terinfeksi STH (13%).
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Koefsien Kontingensi
untuk menilai kuat hubungan antara faktor risiko sosioekonomi dan personal
hygiene dengan infeksi STH. Hasil uji didapatkan bahwa salah satu faktor
sosioekonomi, yaitu indikator pendidikan ibu berpengaruh signifikan terhadap
kejadian infeksi STH. Tiga indikator faktor personal hygiene yang terdiri atas
kebiasaan mencuci tangan, kebersihan kuku dan pemakaian alas kaki juga
bermakna secara signifikan dengan infeksi STH. Hasil keempat indikator pada uji
bivariat tersebut memenuhi syarat untuk dilanjutkan pada analisis multivariat
menggunakan uji regresi logistik. Salah satu faktor personal hygiene, yakni
kebiasaan mencuci tangan (OR= 23,355) menjadi faktor risiko dominan terhadap
kejadian infeksi STH pada balita stunting di Kecamatan Kaliwates.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]