Perhitungan Koefisien Tanaman Sawi Pagoda (Brassica Narinosa L) pada Penerapan Pupuk Organik dengan Metode Compost Tea
Abstract
Kajian permasalahan sumber daya air dalam bidang pertanian dewasa ini
semakin kompleks. Permasalahan yang mempunyai pengaruh signifikan pada
ketersediaan dan kebutuhan air dikarenakan perubahan iklim yang tidak menentu,
sehingga sangat mempengaruhi kondisi ketersediaan air (Kodoatie dkk., 2010).
Menurut Daudsyah dkk (2022), perubahan jumlah dan pola curah hujan dapat
menyebabkan perubahan naik dan turun pada debit sungai sehingga menimbulkan
masalah debit di intake pada musim kemarau dan musim penghujan. Pergeseran
musim ini mempengaruhi ketersediaan air pada musim-musim tertentu.
Ketersediaan air juga dapat mengalami kondisi kelebihan (surplus) ataupun
kekurangan (defisit).
Tanaman sawi pagoda (Brassica Narinosa) adalah salah satu komoditas
hortikultura yang mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Budidaya sawi pagoda
dalam pertumbuhannya memerlukan air yang cukup dan tidak tahan terhadap curah
hujan yang terus menerus sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman sawi
pagoda menjadi kurang optimal. Radiasi matahari yang terlalu tinggi dapat merusak
tanaman serta menyebabkan proses evapotranspirasi semakin meningkat.
Pengelolaan air yang efektif dan efisien perlu dilakukan di greenhouse, sehingga
besar evapotranspirasi yang terjadi dapat dikontrol yang berguna dalam
pengelolaan air tersebut. Nilai evapotranspirasi tanaman berbeda dan bervariasi, hal
ini karena nilai ETc bergantung pada nilai koefisien tanaman (Kc). Koefisien
tanaman (Kc) secara umum digunakan untuk memperkirakan nilai ETc sebagai
faktor perkalian dari evapotranspirasi refrensi (ETo). Koefisien tanaman (Kc) untuk
tahap-tahap perkembangan dibagi menjadi empat tahap perkembangan. Dalam
membuat perkiraan dalam periode waktu yang lebih lama. Persamaan Blaney Criddle membutuhkan koefisien tanaman bulanan yang tersedia dari berbagai
sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsumsi air tanaman yang relatif
hampir sama dari perlakuan metode dan konsentrasi Compost Tea ketiga jenis
pupuk organik yaitu konsumsi air terendah sebesar 0,07 L/hari pada perlakuan
konsentrasi 200 ml Compost Tea pupuk azolla, dan konsumsi air tertinggi terjadi
pada perlakuan konsentrasi 400 ml Compost Tea vermikompos yaitu senilai 0,48
L/hari. Temperatur suhu maksimum adalah 45,4oC dan temperatur suhu minimum
sebesar 21,8oC dengan rata – rata temperatur udara pada lokasi penelitian adalah
28,6oC. Nilai Eto pada fase initial stage selama masa tumbuh tanaman Sawi Pagoda
adalah sebesar 5,7 mm air per hari. Berbeda dengan di fase initial stage, pada fase
Crop development nilai evapotranspirasi standar sawi pagoda adalah senilai 5,92
mm air per hari. Nilai Evapotranspirasi tanaman (Etc) pada fase initial stage dan
crop development yang diamati pada penelitian ini didapat nilai terendah terjadi
pada perlakuan konsentrasi 200 ml Compost Tea pupuk azolla sebesar 2,18
mm/hari, sedangkan pada fase crop development nilai maksimum evapotranspirasi
tanaman terjadi pada perlakuan konsentrasi 400 ml Compost Tea vermikompos
dengan nilai Etc sebesar 6,46 mm/hari. Rata-rata nilai koefisien tanaman sawi
pagoda pada fase initial stage dan crop development pada pengamatan berkisar
antara 0,42-0,88.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]