Persepsi Masyarakat Terhadap Peternakan Babi dan Dampaknya di Desa Tunjungrejo Kabupaten Lumajang
Abstract
Permintaan daging babi mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir, daging babi menjadi salah satu daging yang banyak diminati oleh masyarakat. Seiring dengan permintaan daging babi yang mengalami kenaikan, para peternak babi di Indonesia masih tetap membudidayakan hingga saat ini. Usaha peternakan babi salah satu nya ada di Desa Tunjungrejo Kabupaten Lumajang. Namun keberadaan usaha peternakan babi Di Desa Tunjungrejo masih menimbulkan berbagai persepsi negatif dan positif. Persepsi dari masyarakat timbul akibat dampak lingkungan dan sosial yang tidak bisa dihindarkan. Sehingga sebagian masyarakat merasa terganggu dengan keberadaan peternakan babi tersebut. Tujuan penelitian ini yakni, 1) Mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan babi, 2) Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari peternakan babi, 3) Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan babi. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling di Desa Tunjungrejo Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang. Metode pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling yakni masyarakat di Desa Tunjungrejo Kabupaten Lumajang diberikan peluang yang sama sebagai anggota sampel penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan tiga metode, yaitu observasi, survei, dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan anailisis deskriptif kuantitatif dan analisis korelasi rank spearman.
Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan babi yang dilihat dari 4 aspek yakni, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa berada pada kategori sangat terganggu. Aspek penglihatan berada pada kategori sangat terganggu karena limbah yang dialirikan ke sungai menyebabkan keracunan pada hewan dan manusia jika dikonsumsi karena mengandung bakteri, limbah peternakan babi ditumpuk pada lubang galian dalam kurun waktu 21-30 hari, limbah dibirikan tanpa perlakuan menyebabkan reaksi muntah. Aspek pendengaran berada pada pada kategori cukup terganggu karena suara babi terdengar dari jarak >50m dan <100m, suara ngorok babi terjadi dengan rentang waktu 4-10 kali dalam satu menit, dan suara berisik dari babi terjadi 10 detik sampai 1 menit. Aspek penciuman berada pada kategori cukup terganggu, karena jarak lokasi peternakan dengan rumah >20m dan <100m, bau yang tidak mudah hilang menimbulkan reaksi berupa umpatan, dan masyarakat mengapresiasi keberadaan peternakan babi dari faktor bau berupa pujian. Aspek perasa/pencecap berada pada kategori sangat terganggu, karena olahan daging babi dijual dengan harga >Rp 5.000 sampai Rp 15.000/porsi, keamanan pangan dari produk babi terkontaminasi jamur dan bakteri karena kemasan jelek, produk olahan babi yang dijual berupa sate babi, bakso babi, dan keripik kulit babi.
Dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan peternakan babi adalah dampak lingkungan dan sosial. Dampak lingkungan berada pada kategori buruk yang mencakup pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah. Dampak sosial berada pada kategori sedang yang mencakup interaksi positif, interaksi negatif, dan membuka lapangan kerja. Karakteristik individu yang berhubungan dengan persepsi terhadap keberadaan peternakan babi dengan nilai signifikansi <0,05 yakni variabel umur, jarak rumah dengan kandang, harga babi, dan lama bertempat tinggal. Umur memiliki hubungan negatif yang cukup erat, Jarak rumah dengan kandang memiliki hubungan negatif yang lemah, Harga babi memiliki hubungan positif yang lemah, dan Lama bertempat tinggal memiliki hubungan negatif yang cukup erat. Variabel yang tidak berhubungan dan nilai signifikansinya >0,05 yakni pendidian terakhir, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]